Menyederhanakan Birokrasi
Janji selalu mudah disampaikan, namun terkadang lama, bahkan sulit terealisasi. Salah satunya karena birokrasi yang terlalu Panjang dan berbelit-belit.
Oleh karena itu, agar janji-janji seperti dana stimulus pariwisata atau bantuan lainnya yang menyasar pelaku pariwisata cepat dieksekusi, maka harus diikuti dengan penyederhanaan birokrasi, sehingga tidak menyebabkan bantuan-bantuan penting terlambat sampai kepada para penerima.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemantapan Desa Wisata
Desa-desa wisata yang ada harus memiliki diferensiasi dan tidak monoton pada jenis yang sama sehingga meningkatkan daya tarik pengunjung untuk datang berlibur ke sana.
Untuk pemantapan Desa Wisata, saya merumuskan 7A yang bisa juga diterapkan untuk destinasi-destinasi lainnya, yaitu:
1. Atraksi
Mengemas daya tarik wisata semenarik mungkin adalah salah satu kunci utama untuk mendatangkan pengunjung. Desa wisata harus bisa memanfaatkan dan menciptakan atraksi yang unik sesuai dengan basic atraksi yang ada di lokasi tersebut seperti alam, budaya dan buatan manusia.
2. Aksesibilitas
Jika terdapat kesulitan anggaran dari pemerintah untuk pembangunan akses di sebuah destinasi, pengelola bisa memanfaatkan keadaan alamiah di suatu destinasi menjadi suatu kelebihan.
3. Amenitas
Yang tidak kalah penting pada Destinasi wisata (tidak hanya di Desa Wisata) adalah amenitas yang ada di tempat tersebut. Kebersihan adalah segala-segalanya. Oleh karena itu, salah satu yang harus diperhatikan di destinasi adalah amenitas toilet umum yang harus selalu dalam keadaan bersih.
Toilet adalah cermin destinasi. Sebuah ucapan bijak mengatakan, kalau ingin melihat seperti apa kebersihan rumah dan penghuninya, lihatlah toiletnya.
Hal lainnya yang ingin saya rekomendasikan untuk sebuah desa wisata adalah adanya amenitas pengelolaan sampah. Sampah juga merupakan sumberdaya jika dikelola dengan baik, baik itu sampah organik dan anorganik.
4. Activity
Menurut saya, diferensiasi aktivitas di Desa Wisata adalah hal penting lainnya yang harus dilakukan oleh pengelola. Desa wisata tidak akan menjadi hal yang menarik jika satu dengan yang lainnya memiliki aktifitas yang sama. Pengelola destinasi harus jelas menentukan aktifitas yang akan dilakukan oleh pengunjung sehingga menjadikan length of stay yang lebih Panjang dan berdampak pada peningkatan Ekonomi di destinsi.
5. Ambience
Penting bagi pengelola untuk menentukan bagaimana suasana yang mau dihadirkan ketika wisatawan berkunjung ke destinasi. Apakah tradisional, pedesaan, honeymoon, pantai wellness dan lain-lain yang harus jelas menjadi bentuk layanan ke pada wisatawan.
Kebanyakan Desa Wisata dalam suatu daerah menawarkan suasana yang sama kepada pengunjungnya. Salah satu alternatif paket wisata yang saya kira menarik bagi wisatawan adalah dengan membuat paket berdasarkan tradisi warga setempat.
Misalnya di Lombok, salah satu desa wisata membuat paket wisata untuk tamu domestic/mancanegara yang memungkinkan mereka bisa terjun langsung dalam sebuah pesta adat pernikahan, bergelut menyiapkan hidangan pesta yang biasanya dihidangkan oleh para laki-laki, ikut rombongan 'nyongkolan' atau bisa juga mengambil bagian menjadi penabuh gendang beleq. Hal tersebut saya rasa akan memberikan pengalaman berlibur yang berbeda kepada para pengunjung.
6. Attitude
Pengunjung dan pengelola destinasi harus menerapkan perilaku yang berbagi tangung jawab. Pengunjung mematuhi protokol CHSE dan peraturan lainnya yang diterapkan oleh pengelola, dan pengelola bertanggung jawab dengan layanan yang professional kepada pengunjung
7. Accelerator
Pengelola Desa Wisata harus siap dengan pola promosi yang memanfaatkan digitalisasi. Meskipun memiliki layanan yang tradisional, promosi sebuah desa wisata harus dilakukan dengan Go Digital memanfaatkan berbagai platform yang ada seperti media sosial ataupun website-website berita dan travel.
Setiap desa wisata yang ada harus mempunyai official website/social media masing-masing yang didalamnya berisi layanan dan paket-paket wisata menarik yang bisa diikuti oleh calon pengunjung.
Official website/social media tersebut juga berisi testimoni-testimoni dari pengunjung yang sebelumnya pernah berkunjung ke Desa Wisata tersebut. Hal itu saya rasa adalah versi lain dari promosi word of mouth yang menjadi promosi paling ampuh untuk menawarkan suatu layanan.
---
Artikel opini ini ditulis oleh Taufan Rahmadi, Pengamat sekaligus Ahli Strategi Pariwisata Nasional. Artikel sudah diubah seperlunya oleh redaksi.
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan