Derita Turis di Kazakhstan: Semalam di Pesawat, Suara Tembakan Terus-terusan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Derita Turis di Kazakhstan: Semalam di Pesawat, Suara Tembakan Terus-terusan

Femi Diah - detikTravel
Jumat, 07 Jan 2022 11:28 WIB
Aliansi militer yang dipimpin Rusia mengirimkan pasukan ke Kazakhstan untuk membantu memadamkan kerusuhan di negeri itu. Ini dilakukan seiring situasi di Kazakhstan memanas, dengan puluhan orang tewas ketika mencoba menyerbu gedung-gedung pemerintah.
Ilustrasi pesawat tentara Rusia tiba di Kazakhstan. (Russian Defense Ministry Press Service via AP)
Almaty -

Seorang turis 21 tahun, Melaniya Pavlova, terjebak di Kazakhstan. Dia bilang situasi saat ini sangat mencekam dan menakutkan dengan suara tembakan bertubi-tubi.

Pavlova, turis dengan dua kewarganegaraan Rusia-Amerika, mengunjungi Almaty, Kazakhstan, dengan beberapa teman pekan ini. Mereka datang ke sana untuk pelesiran sekaligus mengucapkan selamat tinggal kepada rekan yang merencanakan traveling ke Australia.

Tetapi, rencana mereka berantakan. Malah muncul protes di negara itu. Pesawat yang seharusnya ditumpangi untuk kembali ke Moskow dikandangkan lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah menghabiskan satu malam di dalam pesawat, Pavlova dan teman-temannya tidak punya banyak pilihan selain tetap di Almaty, kota terbesar di bekas republik Soviet.

Mereka kemudian menginap di hotel di kota itu. Hotel itu dibayar oleh konsulat Prancis, sebagai hasil komunikasi salah satu rekan Pavlova yang berkewarganegaraan Prancis.

ADVERTISEMENT

Pavlova sudah menghubungi konsulat Rusia dan Amerika Serikat, tetapi belum ada langkah konkrit yang diambil. Konsulat Rusia ditutup karena liburan tahun baru, yang biasanya berlangsung hingga 10 Januari. Sementara itu, staf di konsulat Amerika meminta agar Pavlova dkk tetap berada di pesawat.

"Kami pergi keluar untuk berjalan-jalan dengan anjing di beberapa titik. Kami sangat jelas mendengar suara tembakan," kata Pavlova seperti dikutip Reuters.

Pavlova bilang sedang sangat khawatir dengan suara tembakan dan penjarahan yang terdengar jelas di sekitarnya. Pada hari Kamis (6/1/2022), ketika protes kekerasan menunjukkan sedikit tanda-tanda mereda, Rusia menyerbu pasukan terjun payung dan polisi di Almaty mengatakan mereka telah membunuh puluhan perusuh semalam.

"Kami tidak tahu bagaimana meninggalkan negara ini sekarang," kata Pavlova.

Penerbangan komersial dibatalkan karena pengunjuk rasa secara singkat mengambil alih bandara. Beberapa kereta juga dibatalkan, dan dia khawatir moda perjalanan mungkin tidak aman.

"Sangat menakutkan sebab ada penjarahan yang terjadi. Kami ingin pergi ke Bishkek (di Kirgistan) dan kemudian kembali ke Moskow, tetapi di luar sana berbahaya dan kami tidak benar-benar ingin mengambil risiko," kata dia.

Pavlova tiba di Almaty Minggu (2/1) setelah menghabiskan liburan Tahun Baru bersama keluarganya di Moskow.

Setelah protes meletus, teman-temannya, termasuk yang seharusnya bepergian ke Australia, memesan penerbangan Rabu (5/1) malam untuk kembali ke Moskow.

"Tapi saat kami memeriksa barang bawaan kami, seluruh sistem rusak karena internet terputus," katanya.

Setelah mengantre selama dua jam, mereka diberi tiket tulisan tangan dan naik ke pesawat.

"Tetapi, kemudian para pengunjuk rasa mengambil alih kendali darat dan pilot tidak ingin tanggung jawab lepas landas. Jadi, bersama dengan pesawat lain ke Turki, Tbilisi dan Bishkek, kami terjebak," dia menjelaskan.

Mereka ditahan di pesawat sepanjang malam, diberi makanan yang dimuat lebih awal untuk penerbangan, tetapi diberitahu bahwa mereka tidak bisa pergi sampai jam malam berakhir keesokan paginya. Sebuah truk pemadam kebakaran mengirimkan lebih banyak makanan.

Pilot membangunkan semua orang sekitar pukul 02.00 dan mengatakan seluruh penumpang bisa pergi, tetapi hanya lima yang menurutinya. Sementara itu, sebagian besar penumpang tidak yakin ke mana mereka bisa pergi selama jam malam.




(fem/wsw)

Hide Ads