Traveler tahu Kerajaan Aceh? Disebut juga sebagai Kesultanan Aceh, Kerajaan Aceh merupakan Kerajaan Islam di Indonesia yang ada di Provinsi Aceh.
Kerajaan Aceh didirikan pada tahun 1496 oleh Ali Mughayat. Menurut Sumatra and the Malay Peninsula, 16th Century dalam Digital Atlas of Indonesian History, kerajaan ini didirikan di wilayah Kerajaan Lamuri dan mengalami ekspansi, hingga menyatukan kawasan Daya, Pedir, Lidie sampai Nakur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Saja sih Fakta Menariknya?
1. Sejarah Kerajaan Aceh
Didirikan pada tahun 1946 di wilayah Kerajaan Lamuri yang terlebih dahulu ada, pemimpin tertinggi di Kerajaan Aceh berada pada penguasaan Sultan. Pada saat itu, Kerajaan Aceh banyak dikendalikan oleh orang kaya.
Dalam cerita Aceh, pada tahun 1579, ada Sultan yang diturunkan dari jabatannya karena membagikan harta kerajaan kepada pengikutnya, dia bernama Sultan Sri Alam. Akhirnya, posisinya digantikan oleh Sultan Zainal Abidin.
Namun, Sultan Zainal Abidin terbunuh hanya beberapa bulan setelah dinobatkan menggantikan Sultan Sri Alam. Ini disebabkan karena sifatnya yang kejam dan kecanduan dalam berburu.
Sultan Zainal Abidin pun digantikan dengan Alaiddin Riayat. Tapi, pada kepemimpinannya dia melakukan penumpasan kepada orang kaya yang berlawanan dengan sistem kepemimpinannya.
Kemudian, masa kejayaan Kesultanan Aceh akhirnya terjadi di kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, yaitu pada tahun 1607-1636. Kala itu, Aceh berhasil menaklukkan wilayah Pahang yang merupakan sumber utama timah.
Pada tahun 1629, Kesultanan Aceh melakukan perlawanan, yaitu menyerang Portugis di wilayah Malaka. Upaya ini dilakukan untuk melakukan perluasan dominasi Aceh atas Selat Malaka dan Semenanjung Melayu. Tapi sayang, ekspedisi ini gagal.
2. Kondisi Perekonomian
Terletak di jalur lintas pelayaran dan perdagangan Selat Malaka, Kerajaan Aceh berfokus pada laku perkembangan ekonomi di bidang pedagangan. Saat pemerintahan Sultan Alaudin Riayat, Aceh mengalami perkembangan menjadi Bandar utama di Asia untik pedagang mancanegara dari Belanda, Inggris, Arab, Persia hingga Turki.
Adapun yang diperdagangkan dari Aceh yaitu lada beras, barang tambang, seperti timah, perak, emas, lalu rempah-rempah yang berasal dari Maluku. Sementara itu, di wilayah Aceh, terdapat pedagang mancanegara yang menawarkan barang dagangan atau proses impor.
Selanjutnya, kondisi kehidupan politik, sosial dan silsilah Kerajaan Aceh
3. Kondisi Kehidupan Politik
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis membuat banyak pedagang muslim yang mengalihkan kegiatan perdagangan ke Pelabuhan Aceh. Sebab itulah, Aceh menjadi kerajaan besar yang ditunjang oleh kemampuan militer dan ekonomi yang kuat.
Sementara, kondisi politik pemerintahan Kesultanan Aceh sering dilanda konflik di antara kesultanan itu sendiri. Sultan Alauddin memerintah Aceh selama 15 tahun.
Saat masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mencapai puncak kejayaan. Keberhasilan dalam pemerintahan Aceh didukung oleh kekuatan militer terutama angkatan laut. Bahan, kerajaan ini memiliki armada kapal besar yang bisa mengangkut 600-700 prajurit.
4. Kondisi Sosial
Aceh memiliki golongan bangsawan yang memiliki gelar teuku dan golongan utama yang bergelar teungku. Nah, kedua golongan ini sering bersaing berebut pengaruh dalam masyarakat.
5. Silsilah Kerajaan Aceh
Sultan Aceh merupakan penguasa atau raja dari Kesultanan Aceh Perangkat pemerintah Sultan terkadang memiliki perbedaan tiap masanya. Berikut silsilah Kerajaan Aceh:
a. Sultan Ali Mughayat Syah sebagai raja pertama di Kerajaan Aceh. Dia memerintah pada tahun 1514-1538 M.
b. Sultan Salahudin. Masa pemerintahan mulai 1530-1537 M.
c. Sultan Alaudin Syah. Masa pemerintahan pada tahun 1537-1568 M.
d. Sultan Iskandar Muda. Mulai naik tahta pada awal abad ke 17.
e. Sultan Iskandar Thani.
Kerajaan Aceh berkuasa kurang lebih selama 4 Abad. Namun pada abad ke 20, kerajaan mengalami kemunduran karena wilayahnya dikuasai Belanda.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!