Epidemiolog UGM: Daerah Tujuan Wisata Waspada Omicron

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Epidemiolog UGM: Daerah Tujuan Wisata Waspada Omicron

Jauh Hari Wawan S - detikTravel
Rabu, 19 Jan 2022 11:40 WIB
Omicron Variant on test tube - New Variant of Covid 19
Foto: Getty Images/iStockphoto/DMEPhotography
Yogyakarta -

Pemerintah memprediksi puncak kasus infeksi COVID-19 varian Omicron akan terjadi pada pertengahan Februari atau awal Maret 2022. Sejumlah daerah seperti DKI Jakarta mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Epidemiolog UGM Bayu Satria Wiratama mengatakan tidak hanya Jakarta yang harus meningkatkan kewaspadaan terhadap varian Omicron. Beberapa daerah lain terutama kota-kota yang menjadi destinasi wisata dan daerah dengan mobilitas antar daerah tinggi perlu bersiap.

"Hal ini dikarenakan daerah dengan mobilitas tinggi seperti daerah tujuan wisata mempunyai potensi terjadi peningkatan kasus akibat peningkatan mobilitas saat libur Natal dan Tahun Baru beberapa waktu lalu," kata Bayu dalam keterangan tertulisnya, Rabu (19/1/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daerah-daerah tersebut, kata Bayu, perlu untuk meningkatkan kembali kemampuan 3Tnya yaitu pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment) dan melakukan isolasi terpusat.

Meski begitu, Bayu mengatakan prediksi lonjakan tersebut jangan diartikan bakal setinggi gelombang kedua saat varian Delta menyerang. Karena menurut dugaannya puncak Omicron di Indonesia tidak akan mencapai setinggi gelombang kedua.

ADVERTISEMENT

"Tetapi kemungkinan mendekati gelombang pertama itupun dengan hospitalisasi yang lebih rendah karena omicron cepat menular namun tingkat keparahannya di bawah Varian Delta," ungkapnya.

Masyarakat, kata Bayu, jika masih ingin beraktivitas leluasa seperti saat ini maka mau tidak mau harus kembali mengencangkan protokol kesehatan. Setidaknya kembali menegakkan pemakaian masker secara disiplin.

Sedangkan soal pelarangan untuk mereka yang melakukan perjalanan dari luar negeri, menurut Bayu, dirasa tidak perlu selama proses karantina bisa diperbaiki sehingga tidak terjadi kebocoran penularan saat karantina.

"Karena semua orang yang bepergian atau datang dari luar negeri sudah divaksin dosis lengkap sehingga relatif lebih aman, tinggal proses karantinanya yang lebih ketat. Yang penting lainnya adalah menyampaikan pemahaman kepada masyarakat yang akan ke luar negeri bahwa kondisi di luar negeri saat ini lebih berbahaya dibandingkan Indonesia sehingga mereka harus lebih berhati-hati," ucapnya.

Terkait percepatan vaksin booster untuk mengatasi varian Omicron, Bayu menilai belum bisa melihat efeknya karena baru saja dimulai dan masih belum tinggi cakupannya. Sehingga ada kemungkinan belum terlihat efek dari booster dalam 1-2 bulan ini. "Yang paling penting saat ini bukan soal booster tetapi bagaimana memperluas cakupan yang belum mendapatkan dosis lengkap terutama untuk kelompok rentan dan anak-anak," katanya.




(pin/pin)

Hide Ads