Curhatan dan Manuver Pemandu Wisata Hadapi Pandemi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Curhatan dan Manuver Pemandu Wisata Hadapi Pandemi

bonauli - detikTravel
Kamis, 27 Jan 2022 08:42 WIB
Sang Putu Subaya, Ketua Umum HPI
Sang Putu Subaya, Ketua Umum HPI (Bonauli/detikcom)
Jakarta -

Pandemi bikin banyak pekerja kewalahan. Pemandu wisata menjadi salah satu yang paling terpukul hingga tak berkutik.

Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) melakukan Musyawarah Nasional (Munas) VII di Hotel Mercure Jakarta Batavia pada 25-27 Januari 2022. Dalam acara itu, sebanyak 88 pemandu wisata hadir dan membagikan aspirasi.

"Kisah kisah pandemi tentu banyak sekali kalau banyak dikumpul. Apalagi pramuwisata adalah pekerjaan yang menjual servis," kata Sang Putu Subaya, Ketua Umum HPI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut bahwa pusat pramuwisata adalah Bali. Pramuwisata umumnya berasal dari banyak daerah dan bekerja di Bali. Tutupnya perbatasan ke Bali tentu membuat para pramuwisata kehilangan pekerjaan.

"Mereka banyak yang kembali lagi ke kampung, shifting job, jual padi, singkong dan sebagainya," kata Putu.

ADVERTISEMENT

Menurut data HPI, ada 12.053 pramuwisata bersertifikat yang terdaftar. Lebih dari setengahnya merana tak ada pemasukan, termasuk Rudhy Heremba, pramuwisata dari Fak Fak, Papua Barat.

"Selama pandemi, tugas dan tanggung jawab kami hanya promosi saja di media," kata dia.

Rudhy telah menjalani profesi ini selama tiga tahun. Perbedaan sebelum dan era pandemi dirasa bagai bumi dan langit.

Rudhy Heremba DPC HPI Fak Fak di Munas VIIRudhy Heremba DPC HPI Fak Fak di Munas VII Foto: (Bonauli/detikcom)

"Di Fak Fak sendiri sampai 0 persen alias tidak ada wisatawan," kata dia.

Masih tertinggal jauh dari daerah lain, Rudhy menilai bahwa pariwisata Fak Fak ibarat anak kecil yang baru lahir. Sehingga, perannya tak hanya memperkenalkan Fak Fak tapi juga edukasi warga.

"Selama pandemi kami memberikan edukasi kepada masyarakat, seperti membuat honai untuk homestay. Kami juga pergi ke spot diving dan memberi edukasi tentang adanya sampah-sampah bisa merusak laut," dia menjelaskan.

Menurut Rudhy, Fak Fak cukup unik karena potensi wisatanya mengandung unsur sejarah dan edukasi. Sehingga yang datang pun wisatawan minat khusus seperti para peneliti.

"Yang paling banyak datang itu Eropa, dari Prancis dan Jepang," ujarnya.




(bnl/fem)

Hide Ads