Menelusuri Jejak Ledakan Tambora, yang Bikin Napoleon Kalah Perang

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Rabu, 02 Feb 2022 20:15 WIB
Gunung Tambora Foto: (dok. TN Gunung Tambora)
Jakarta -

Jejak sejarah Gunung Tambora kini terabadikan dalam sebuah film dokumenter epik. Bisa ditonton secara gratis!

Gunung Tambora berdiri gagah di ujung utara Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan berada di dalam kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Tambora sekaligus merupakan taman nasional ke 51 di Indonesia.

Puncak Tambora menjadi magnet tersendiri bagi para pendaki tidak hanya dari Indonesia namun juga mancanegara. Saat ini, ada 4 jalur pendakian yang menjadi pintu masuk bagi para pendaki yaitu Doroncanga, Kawinda To'i, Pancasila dan Piong.

Di kaki Tambora, hamparan padang savana, bukit, lahan kering, tanah kuning kecokelatan, semak belukar akan menyambut para petualang. Kawanan kuda dan kerbau yang sedang merumput adalah pemandangan khas yang sering dijumpai.

Tambora tidak hanya menarik perhatian para pendaki, namun juga para ahli vulkanologi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa letusan Tambora telah mencatat sejarah penting dalam peradaban manusia pada 200 tahun lalu.

Letusannya yang mencapai skala 7 Volcanic Explosivity Index (VEI) pada April 1815 mengoyak langit dan bumi serta meninggalkan lubang sedalam 1.100 meter atau terdalam di dunia dengan diameter 7 km.

Tinggi semula yang diduga ada pada 4.300 mdpl, setelah ledakan tubuhnya menghilang hingga menyisakan ketinggian pada 2.851 Mdpl.

Harley B Sasha, pendaki gunung dan aktor di film Majestic Tambora (dok KLHK)

Letusan dahsyat Tambora telah menggulung tiga kerajaan; Pekat, Sanggar dan Tambora. Peradaban di seputar Tambora pun musnah. Jumlah korban tewas diperkirakan mencapai 92.000 jiwa.

Ini belum termasuk kematian yang melanda Eropa dan Amerika, yang turut merasakan dentuman Tambora. Akibat abu vulkanik, dua benua dipisahkan samudera itu didera kelaparan.

Sekitar setahun usai letusan, pada 1816, Eropa dan Amerika melewati tahun tanpa musim panas atau dikenal sebagai "Year without Summer." Bahkan kekalahan Napoleon Bonaparte pada perang Waterloo, diyakini sebagai dampak tak langsung letupan Tambora. Pemicunya adalah musim dingin yang panjang dan kegagalan panen.

Arkeolog Haroldur Sidurdsson dari Universitas Rhode Island, Amerika Serikat yang melakukan penggalian di Tambora bersama Direktorat Vulkanologi menyebut Tambora sebagai "Pompeii dari Timur." Sebutan ini mengacu pada situs kota Romawi Kuno Pompeii dekat Napoli, Italia, yang terkubur oleh letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi.

Letusan Gunung Tambora tidak hanya menimbulkan bencana alam dan kemanusiaan saat letusan dan beberapa tahun paskanya, tetapi juga melahirkan hal-hal yang luar biasa dalam sejarah pengetahuan, seni, budaya dan sastra.

Letusan gunung Tambora merubah bentang alam dengan menyisakan kaldera terdalam di dunia. Untuk memperingati 200 tahun meletusnya Tambora, pada tanggal 11 April 2015 sebuah event digelar dengan tajuk 'Tambora Menyapa Dunia' yang diselenggarakan di Dompu, Sumbawa.

Acara ini dihadiri oleh sekitar 15.000 orang baik dari dalam negeri maupun luar negeri, termasuk Presiden RI Joko Widodo. Pada kesempatan tersebut, Presiden meresmikan Taman Nasional Tambora sebagai taman nasional ke 51 yang dimiliki Indonesia.

Selanjutnya: Jejak kehidupan di Tambora dalam film dokumenter




(rdy/ddn)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork