Janji pemda melindungi lingkungan
Kalimantan telah mengalami kehilangan habitat yang luas dan pembunuhan 2.000-3.000 orang utan per tahun sejak tahun 1970-an, menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Orang utan masuk dalam daftar merah spesies yang terancam punah. Dalam satu abad, total populasi menjadi hampir setengahnya, dari 230.000 menjadi sekitar 112.000, kata WWF.
Nurcahyo mengatakan sekitar 57.350 orang utan bertahan hidup di Kalimantan. Mereka menyebar ke 42 kantong hutan dengan populasi liar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekhawatiran besarnya adalah kebanyakan orang utan di Kalimantan hidup di luar kawasan lindung. "Di hutan yang dieksploitasi untuk produksi kayu atau sedang dalam proses dikonversi menjadi pertanian," kata WWF.
Para pejabat telah bergerak untuk menghilangkan kekhawatiran tentang dampak ibu kota baru terhadap lingkungan. Pemerintah pusat telah berjanji tidak akan menyentuh hutan lindung dalam megaproyek senilai USD 32 miliar itu.
"Ini akan menjadi kota pintar, dengan teknologi hijau dan ramah lingkungan," janji presiden saat membahas langkah tersebut dengan wartawan.
Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor mengatakan kepada media bahwa dia mengakui beberapa pohon akan tumbang untuk membuka lahan seluas 256.000 hektar, yang hampir empat kali luas Jakarta.
"Tentu saja akan ada sedikit pengorbanan, tetapi pada akhirnya, kami bertujuan untuk mencapai revitalisasi hutan. Jika sudah selesai, setidaknya 70% ruang terbuka hijau akan dibanggakan," katanya pada media lokal.
Infrastruktur yang buruk bersama dengan aktivitas penebangan yang terus berlanjut, bahkan di cagar alam, sejauh ini membuat pariwisata orang utan terhambat di sini.
Sekarang pemerintah sangat menginginkan ibu kota baru untuk memikat wisatawan asing dan investasi. Tetapi juga menyadari pentingnya ekowisata, dan sebagian besar pengunjung akan datang untuk melihat satwa liar.
"Cagar hutan di sekitar Nusantara akan memainkan peran penting dalam memastikan upaya konservasi dan keberlanjutan," kata Gubernur Noor.
Pemda juga membanggakan keuntungan besar yang akan datang. Investasi di Kaltim ditargetkan meningkat 34,5% dibandingkan dengan kenaikan nasional sebesar 4,7%, ujarnya.
Dan pertumbuhan ekonomi akan berlipat ganda dengan relokasi. Bahkan daerah penyangga di sekitar Nusantara, dari Samarinda hingga Balikpapan, harus diuntungkan dengan pemindahan tersebut.
Hutan Hujan Kalimantan di Kalimantan, Indonesia adalah salah satu tempat dengan keanekaragaman hayati paling banyak di Bumi. Begitu banyak kehidupan, tanaman hijau lebat adalah rumah bagi orang utan, semua jenis burung, katak, apa saja.
Tapi hutan hujan tidak akan tetap seperti itu jika penambangan dan penebangan terus berlanjut. Itulah sebabnya Dr. Eddie Game dari The Nature Conservancy mendengarkan suara hutan hujan untuk mengukur dampak aktivitas manusia terhadap satwa liar di area tersebut.
Di tengah kekhawatiran bahwa semua itu akan merugikan, badan regional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappenas, dilaporkan sibuk berkonsultasi dengan masyarakat setempat tentang konservasi hutan.
![]() |
Secercah harapan
Di luar retorika hutan Kalimantan sebagai "paru-paru dunia/paru-paru bumi", pembakaran hutan terus berlanjut. Banyak api yang sengaja dinyalakan untuk membuka lahan pertanian.
Api ini bahkan berkobar di dekat ibu kota yang akan datang, membuat kera di tempat penampungan rehabilitasi satwa liar menjadi buta atau cacat parah.
Beberapa khawatir bahwa penebangan, pembukaan lahan dan kebakaran hanya akan memburuk saat konstruksi dimulai.
"Ekosistem ini sudah terkena dampak penambangan batu bara skala besar, penebangan dan perkebunan kelapa sawit monokultur," kata Sophie Chao dari University of Sydney, pakar ekologi dan adat di Asia Tenggara.
Dia yakin langkah itu menimbulkan lebih banyak perselisihan bagi penduduk asli dan ribuan spesies flora dan fauna.
"Kawasan Kalimantan Timur sangat kaya akan keanekaragaman hayati, dengan lebih dari 133 mamalia, 11 spesies primata, dan 3.000 jenis pohon. Ini ditemukan di berbagai bentang alam mulai karst, rawa gambut, bakau, hutan dipterokarpa dataran datar, dan hutan lembab," kata dia.
Nurcahyo tidak menutup kemungkinan bahwa pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan dapat lebih memperhatikan penderitaan orang utan dan mendukung upaya konservasi.
"Semua itu tergantung pada rencana mitigasi dan potensi konsekuensi ekologis dari langkah tersebut. Sementara itu, kami akan mendedikasikan diri tanpa lelah untuk konservasi orang utan Kalimantan dan habitatnya," tegas dia.
Simak Video "Video: Melihat Perkembangan Terbaru IKN 2025!"
[Gambas:Video 20detik]
(msl/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol