TRAVEL NEWS
Melihat Patung Dewa-dewi dari Uang Kepeng di Bali, Diminati hingga Pasar LN

Keberadaan uang kepeng yang biasanya dipakai untuk sarana upacara agama Hindu di Bali kini bisa dibentuk menjadi patung. Uang kepeng yang berbentuk bulat dengan lubang di tengahnya dirajut sedemikian rupa hingga menjadi patung berbentuk para dewa-dewi.
Ada berbagai bentuk para dewa-dewi dalam mitologi Hindu yang dibentuk dari uang kepeng, mulai dari Dewi Sri Rambut Sedana, Dewi Sri, Dewi Saraswati, Dewa Krisna, Dewi Laksmi hingga Dewi Kwan Im. Berbagai patung dewa-dewi ini diminati hingga pasar luar negeri (LN) sebelum pandemi COVID-19.
"Paling tamu yang sering beli Singapura, sama India. Kalau yang banyak Singapura," kata pemilik usaha Mahaayu Yadnya, I Komang Mahayana kepada detikcom di rumahnya di Perumahan Srikandi Perma, Kabupaten Klungkung, Bali, Minggu (27/2/2022).
Penjualan ke luar negeri lebih banyak diminati oleh para kolektor. Mereka biasanya membeli patung sekali saja kemudian mengoleksinya dalam jangka waktu yang lama.
Harga patung dewa-dewi dari uang kepeng tersebut bervariasi berdasarkan besarannya, yakni mulia dari Rp 8,5 juta hingga 25 juta. Mahayana mengatakan, dirinya menjual dengan harga yang sama, baik di dalam maupun untuk wisatawan dari luar negeri. Sebab wisatawan mancanegara harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mengirim patung tersebut ke luar negeri.
"Saya sama saja (harganya), nanti biaya bawanya ke sana kan dia yang menanggung. Saya jualnya tetap sama. Patung anggap cari ukuran standar biasanya ukuran 80 cm sampai 1 meter. Itu sekitar kisaran harganya Rp 25 juta-an, nanti biaya kirimnya lah yang lumayan, hampir sama (dengan harga beli)," ungkap Mahayana.
Sebenarnya, patung dewa-dewi dari uang kepeng juga bisa dikombinasikan dengan kayu. Sayangnya, patung yang berisi kayu ini sulit dibawa keluar negeri oleh para pembeli karena mengurus izin yang lumayan sulit.
"Cuma permasalahannya kalau ada unsur kayunya kalau keluar itu tamu jarang mau membeli, karena kan ada unsur kayu, karena kan biasanya ada kategorinya itu, itu yang sulit dia bawa. Makanya tamu itu malas beli karena cari dokumennya itu agak susah. Karena ada unsur kayunya," kata dia.
"Patung ini dah kayu (sebenarnya laris), dia (wisatawan) senang cuma bawanya itu dah. Kalau orang yang bener-bener bisa ngurus (izinnya) baru dia," imbuh Mahayana.
Karena itu, para kolektor lebih suka membeli patung yang semuanya terbuat dari uang kepeng berbahan dasar logam. Ukuran yang dibeli juga lebih kecil sehingga gampang dibawa saat penerbangan ke luar negeri.
"Ini sekarang makanya tamu yang bisa bawa yang segini-segini (kecil-kecil). Nanti bisa dipacking langsung, bisa gampang dibawa masuk bagasi (pesawat) juga bisa. Makanya kalau lewat kargo biayanya itu hampir sama dengan harga barang yang dibeli," ungkapnya.
Selanjutnya, situasi setelah pandemi