Batik Mangrove Brebes Spesial dengan Pewarna Alami

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Batik Mangrove Brebes Spesial dengan Pewarna Alami

Imam Suripto - detikTravel
Senin, 21 Mar 2022 09:11 WIB
Batik mangrove Brebes.
Batik mangrove Brebes (Foto: Imam Suripto/detikcom)
Brebes -

Kawasan pesisir di Brebes, Jawa Tengah, mengembangkan batik mangrove. Memanfaatkan kulit batang mangrove dan tanaman di area pantai.

Kelompok masyarakat pesisir yang mengembangkan batik mangrove warna alam itu berada di Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes.

Mashadi (53), pembina kelompok perajin batik mangrove, menjelaskan warna pada batik yang diproduksi menggunakan tanaman semak seperti putri malu, tarum (tom toman) atau indigofera, kulit pohon bakau, mangga, dan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Siapa yang menyangka semak belukar di kawasan pesisir Desa Kaliwlingi bisa bermanfaat dan bernilai ekonomis. Tanaman ini dianggap sebagai gulma, kadang dibuang percuma atau dibakar. Padahal jika diolah dengan benar, tanaman ini bisa menjadi produk yang bernilai jual tinggi," kata Mashadi dalam perbincangan dengan detikTravel.

Tanaman tarum, putri malu, dan tanaman mangrove lain memiliki karakteristik berbeda. Ketiganya bisa menghasilkan warna alami yang cerah dan indah. Warna yang dihasilkan dari tarum adalah biru cerah, putri malu menghasilkan warga kuning gading, sedangkan beberapa tanaman mangrove menghasilkan warga merah.

ADVERTISEMENT

"Untuk warna merah kami menggunakan beberapa tanaman mangrove. Kuning gading kami pakai putri malu dan biru cerah kami gunakan tom toman," dia menjelaskan.

Pengolahan tanaman ini menjadi bahan pewarna batik dinilai prospektif untuk tingkatkan kualitas batik di Indonesia. Selain menghasilkan zat warna yang bagus, pewarna dari tanaman ini juga aman untuk lingkungan.

Mashadi berharap penggunaan tanaman sebagai pewarna alami untuk batik mangrove, bisa mengubah kebiasaan pewarnaan batik dengan pewarna sintesis.

"Banyak sekali tanaman yang bisa digunakan untuk membuat pewarna batik. Kami harap, potensi alam ini bisa merubah kebiasaan mewarnai batik dari bahan sintesis," kata dia.

Mashadi menyebut kawasan pesisir termasuk Desa Kaliwlingi, secara umum memiliki bahan baku pewarna alami dalam jumlah besar dan melimpah. Hanya saja sebagian masyarakat belum mengetahui kegunaannya. Tanaman-tanaman ini tumbuh liar di pinggir tambak-tambak dan kerap dibabat untuk dibuang atau dibakar.

Potensi alam ini oleh kelompok perajin batik dimanfaatkan untuk membuat pewarna. Tanaman tarum cukup direndam air dan ditimpa batu kapur selama 15 jam akan menghasilkan pasta pewarna biru.

Tanaman putri malu, setelah dipotong-potong dan direbus hingga mendidih akan menghasilkan zat warga kuning gading. Sedangkan kulit pohon mangrove bakau, setelah melalui proses yang sama, akan menghasilkan warga merah cerah.




(fem/fem)

Hide Ads