Menurut budayawan Kota Solo, Ronggojati Sugiyatno, perbedaan pakaian adat secara keseluruhan berawal dari Perjanjian Giyanti (1755) yang memecah Solo dan Jogja. Sejak itu, terjadilah revolusi kebudayaan besar-besaran di Solo.
"Saat paliyan nagari (pembelahan wilayah Mataram) setelah Perjanjian Giyanti, seluruh kebudayaan dibawa ke Yogya. Sinuhun Pakubuwono III kemudian melakukan revolusi kebudayaan, baik dari pakaian, keris, gamelan, wayang, tari," kata Sugiyatno saat ditemui detikJateng, beberapa waktu lalu.
Sugiyatno yang akrab disapa Mbah No itu mengatakan, tata cara berpakaian Jawa diatur secara mengikat bagi lelaki. Sedangkan pakaian adat untuk perempuan tidak diatur secara khusus atau baku.
Khusus untuk beda blangkon Jateng, khususnya Solo dengan Jogja, pengelola Toko Busana Jawi Suratman Solo, Wahyudi, memberi penjelasan terkait perbedaannya.
Blangkon Jateng: Gaya Solo
Blangkon gaya Solo bagian belakangnya berciri trepes atau rata. "Kalau blangkon Solo bagian depan dan belakangnya hampir sama tinggi," kata Wahyudi kepada detikJateng beberapa waktu lalu.
Blangkon Jogja
Blangkon Jogja memiliki mondolan atau tonjolan di bagian belakangnya. Blangkon Jogja bagian depannya lebih tinggi dan cara memakainya ditarik sedikit ke belakang. "Sehingga mondolan blangkon itu sampai ke bawah," ujar Wahyudi.
Blangkon Jateng: Motif Solo
Blangkon Solo pada bagian atasnya bercorak modang, seperti cahaya blencong atau lampu dalam pertunjukan wayang kulit. Selain itu, Blangkon Solo tanpa wiru atau lipatan-lipatan kain seperti pada jarik.
Motif Blangkon Jogja
Adapun blangkon Jogja biasanya bermotif kumitir. Motif itu sebagai penggambaran orang yang selalu berusaha keras dalam kehidupannya. "Blangkon Jogja dibentuk dengan banyak wiru atau lipatan kain," terang Wahyudi.
Blangkon Jateng dan Jogja: Polos
Selain blangkon bermotif, ada juga blangkon yang polos. "Blangkon polos menandakan kelas abdi dalem," jelas Wahyudi. Kalau dalam acara pernikahan, Wahyudi menambahkan, motif blangkon dan motif jarik harus sama.
---
Artikel telah tayang di detikJateng.
(sym/sym)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan