Pembalak liar Vietnam insyaf. Kini, Ngoc Anh menjadi pemandu wisata rimba.
Dikutip dari Reuters, Rabu (27/4/2022) selama bertahun-tahun Anh menebang pohon secara ilegal untuk dijual sebagai kayu. Sering kali pula, dia bekerja pada orang lain untuk membawa kayu gelondongan seberat 100 kg dari hutan.
Sebuah petaka menjadi titik balik Anh. Saat itu, curah hujan ekstrem dan banjir menghancurkan kampungnya di provinsi tengah, Quang Binh. Dan, dia tidak berkutik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam satu kesempatan pria berusia 36 tahun itu membaca tentang krisis iklim dan alam yang sedang berlangsung. Dia pun menyadari tindakan yang dilakukannya selama ini mendukung banjir bandang yang melanda kampungnya.
Ia lalu mengalihkan perhatian ke pariwisata dan konservasi. Sekarang, Ngoc Anh adalah salah satu dari 250 mantan pembalak liar yang dilatih oleh perusahaan wisata petualangan untuk memandu sebagian besar turis asing melalui hutan.
Mereka membawa para wisatawan masuk ke beberapa rangkaian gua terbesar di dunia di Taman Nasional Phong Nha-Ke Bang, sebuah situs warisan dunia yang diakui UNESCO.
"Sebelumnya, setiap kali saya melihat pohon besar, kepala saya menghitung seberapa tinggi pohon itu dan bagaimana memotongnya menjadi batang kayu dengan ukuran berbeda," kata Ngoc Anh.
"Tapi, sekarang saya di bisnis pariwisata, ketika saya melihat pohon seperti itu, saya memberi tahu kelompok wisata betapa berharganya pohon ini karena tidak banyak yang tersisa," kata dia.
Menurut Global Forest Watch, Vietnam sepanjang 2001 hingga 2020 kehilangan sekitar tiga juta hektare area yang tertutup pohon. Angka itu merupakan penurunan 20 persen sejak 20 tahun lalu. Ditengarai terutama didorong oleh sektor komoditas.
Tindakan keras pemerintah terhadap pembalakan liar sejak 2007 telah membantu memperlambat laju deforestasi. Vietnam kini telah bergabung dengan janji global baru-baru ini untuk mengakhiri deforestasi pada 2030.
Bersama rangers yang bertugas, Ngoc Anh dan pemandu wisata di hutan rimba lainnya berpatroli di jalan setapak untuk memantau pemburu liar, menghilangkan perangkap hewan, dan membersihkan sampah.
Mereka melakukan pekerjaan itu dengan pendapatan jauh di bawah saat menjadi pembalak liar. Bahkan, kurang dari setengahnya.
Mereka berharap bisa memperoleh pendapatan lebih banyak lagi setelah pariwisata mulai kembali bergairah.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol