Pengguna Twitter dibuat kaget dengan bangunan makam di Purwokerto karena letaknya di tengah jalan. Makam ini rupanya sudah ratusan tahun berdiri.
Kisah tentang makam tersebut dibagikan akun Twitter @mwv.mystic pada Minggu (15/5/2022) sore. Baru beberapa jam diunggah, banyak warganet yang tertarik dengan makam unik tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom sendiri pernah mendatangi makam tersebut pada 2018. Makam berupa bangunan tua berukuran 1,5x2 meter itu memang menarik perhatian. Apalagi lokasinya hanya berjarak 200 meter dari Alun-alun Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.
Bangunan menggunakan tembok batu bata tebal seperti zaman dulu mengelilinginya. Ada satu pintu masuk kecil yang terbuat dari besi. Sedangkan di dalam terdapat bekas pembakaran dupa.
Pada bagian tengan terdapat sebuah makam yang oleh masyarakat sekitar disebut sebagai Makam Ragasemangsang. Dalam bahasa Jawa Ragasemangsang berarti badan yang tersangkut di pohon.
Menurut cerita lisan, Ragasemangsang dulunya adalah orang sakti. Dia tidak bisa mati selama dirinya masih menginjakkan kaki di atas tanah. Orang sakti tersebut baru dapat mati ketika dirinya digantung di atas pohon karena tidak menyentuh tanah lagi.
"Versi pertama itu ada mayat di pohon Beringin diturunkan dan dimakamkan di situ. Itu ada di zaman kerajaan orang yang sakti itu ketemu dengan Raden Pekih dan bertarung," kata Karto Suwito (72), Ketua RT 3 RW 5 Sokanegara saat ditemui di rumahnya, Kamis (25/1/2018).
Karena kakinya masih menginjak tanah katanya, dia tidak bisa mati. Kemudian muncul versi cerita, baru bisa mati setelah digantung di atas pohon.
"Ragasemangsang dimakamkan di sini," kata Karto Suwito.
Saat itu lanjut dia, Raden Pekih kalah oleh Ragasemangsang meskipun tubuhnya telah tercabik-cabik oleh senjata namun kembali menyatu setiap kali menyentuh tanah. Akibat kalah ilmu, akhirnya Raden Pekih tewas dalam adu kesaktian tersebut.
Menurut dia, makam tersebut sudah ada sejak ratusan tahun lalu, bahkan sejak dirinya bermukim di sekitar wilayah tersebut. Makam tersebut sudah ada dan banyak orang yang ziarah ke makam tersebut.
Selanjutnya: ada 3 versi asal-usul makam
Sementara itu menurut Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Kabupaten Banyumas, Deskart Jatmiko ada beberapa versi cerita yang berkembang di masyarakat. Setidaknya terdapat tiga versi terkait makam tersebut.
Versi pertama yang mengatakan ada hubungannya dengan cerita babat Kamandaka. Kemudian versi cerita Kyai Pekih. Ketiga, cerita tentang orang yang terjun payung jatuh sebelum kemerdekaan dan dimakamkan di lokasi tersebut.
"Dari beberapa versi yang berkembang dan didukung oleh cerita di masyarakat sekitar itu yang mendekati ya yang Kyai Pekih. Jadi itu ceritanya yang babat Kyai Pekih itu tarung sama garong yang sakti karena punya ajian Pancasona, sehingga matinya itu harus tidak kena tanah. Makanya terus digantung di pohon beringin, setelah mati baru dikubur di situ," katanya.
Menurutnya bila dilihat dari segi bangunannya lebih mendekati jaman kolonial Belanda dengan batu bata tebal. Namun semua cerita tersebut juga bisa dikaitkan dengan pertarungan Kyai Pekih dengan garong sakti tersebut dan dimakamkan di lokasi itu. Pada saat ada pemindahan Pendopo Kabupaten dari Banyumas ke Purwokerto, makam tersebut kemudian dibuat permanen.
"Tapi setelah ada pemindahan pendopo itu diselamatkan. Di tengah jalan dulu di situ kan satu perkampungan yang sebelum Pendopo Sipanji pindah dari Banyumas ke Purwokerto. Kalau menurut orang Jawa 'mbahnya tidak mau dipindah' jadi cuma digeser dan dipagar saja," ucapnya.
Dia menjelaskan, jika mempelajari dari sejarah Banyumas yang baru 447 tahun berdiri. Sedangkan Pendopo Kabupaten dari Banyumas dipindah ke Purwokerto baru sekitar 100 tahun lebih.
Jika dilihat dari material bangunan yang digunakan untuk membangun makam Ragasemangsang kelihatannya material setelah zamam Belanda. Dengan demikian jika dilihat dari perpindahan pendopo Sipanji ke Purwokerto kemungkinan makam tersebut tidak ingin dipindah dan kemudian di tembok sehingga ada di tengah jalan.
"Di makam itu bukan nama orang, itu Ragasemangsang yang artinya raga yang temangsang jadi badannya itu digantung dan yang belum diketahui nama penjahatnya siapa itu. Tapi yang berkembang itu yang dimakamkan bukan tokoh yang berpengaruh saat zamannya," kata dia.
Meskipun demikian, sejarah makam tersebut memang perlu digali lebih dalam karena banyak versi yang berkembang dan makam tersebut sudah masuk dalam situs cagar budaya yang perlu dijaga karena dilindungi oleh undang-undang termasuk pemeliharaannya.
Simak Video "Video: Penjelasan Kepala SMK di Purwokerto soal Wisuda Mirip Universitas"
[Gambas:Video 20detik]
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!