Belakangan ini terjadi beberapa kecelakaan yang menimpa bus pariwisata. Sebenarnya apa faktor yang menyebabkan kecelakaan terjadi?
Kecelakaan bus pariwisata terjadi di tol Surabaya-Mojokerto pada Senin (16/5) lalu. Sebanyak 14 orang tewas dan 19 penumpang lainnya luka-luka.
Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan menuturkan telah memeriksa saksi, pengemudi, pembantu pengemudi dan kendaraan dan beberapa penumpang di jalan. Ada beberapa fakta yang ditemukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bus itu bergerak atau berjalan di awali dari Surabaya Sabtu malam jam 8 menuju Dieng di Dieng mereka berwisata kemudian jam empat sore mereka menuju Yogyakarta setelah di Yogyakarta mereka berangkat lagi ke Surabaya pada jam 12.00 malam dini hari dan sampai di Surabaya pagi hari pada jam sedang jam setengah sekitar setengah lima mereka kemudian istirahat di rest area di Wilangan dan di sana pengemudinya kecapekan, tidur di bagasi belakang," kata Wildan dalam Webinar Edukatif Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Jalan, Rabu (25/5/2022).
"Pada saat semua penumpang sudah naik jam 05.30 pembantu pengemudi nggak tega melihat temannya masih tidur yang bersangkutan berinisiatif membawa bus itu," kata Wildan.
Sang pembantu pengemudi ini tak memiliki SIM namun sudah terbiasa mengemudi sejak tahun 2018. Menurut pantauan dari CCTV, kecepatan bus juga berkisar sekitar 90 km/ jam.
"Kecepatannya masih di bawah kecepatan maksimal dan gerakan-gerakannya juga normal, hanya saja sekitar 2 menit menjelang titik tumbuk yang bersangkutan ngantuk dan tertidur jadi yang bersangkutan mengemudi sambil tidur dan pada saat menyerempet pagar pengaman jalan yang bersangkutan tidak merasa apa-apa masih belum sadar," tuturnya.
Saat bus terkena tabrakan hingga ban pecah pun pengemudi belum sadar dari tidurnya, hingga saat menabrak tiang VMS (variable message sign) barulah ia bangun.
"Yang bersangkutan sadar setelah menabrak tiang VMS jadi dia bukan lagi tidur sesaat tapi sepertinya tidur lelap nih karena menabrak pagar pengaman jalannya saya lihat sekitar 100 meter gitu sampai nabrak batu aja nggak bangun berarti dia benar-benar tidur lelap," kata Wildan.
Sehingga, Wildan menyimpulkan tak ada masalah dari kendaraan, steering hingga rem, namun keberadaan tiang VMS di bahu jalan jadi bagian rekomendasi tersendiri. Akan tetapi untuk penyebab dari kecelakaan adalah murni human error.
"Kegiatan ini sebenarnya ini kita sedang menantang Tuhan, ini Tuhan itu sudah memberikan waktu kepada kita 24 jam dan diantara 24 jam itu kita harus istirahat nah ini kegiatan ini lebih dari 24 jam nah ini berarti kita lagi nantang Tuhan," kata Wildan.
Wildan justru mengaku akan kaget bila pengemudi tidak merasa kantuk dan bisa menduga ada pemakaian sabu. Sebab, pemakaian sabu bisa memberikan euforia tinggi.
"Nah ini terjadi di Mojokerto, ada pergerakan melebihi dari 24 jam tanpa istirahat dengan satu pengemudi," kata Wildan.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!