Berkaca Sungai Aare Dulu Kumuh Jadi Jernih dan Kualitas Air Oke, RI Bisa?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Berkaca Sungai Aare Dulu Kumuh Jadi Jernih dan Kualitas Air Oke, RI Bisa?

Femi Diah - detikTravel
Minggu, 29 Mei 2022 19:56 WIB
Switzerland, Bern, Aare River, Landscape. (Photo by Giovanni Mereghetti/Education Images/Universal Images Group via Getty Images)
Foto: Giovanni Mereghetti/Getty Images
Jakarta -

Sungai Aare di Bern, Swiss, tempat putra sulung Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz, terseret arus saat berenang, dulu tak seperti ini. Berubah menjadi jernih setelah kumuh dan kotor.

Michael Hengartner, seorang ahli biokimia dan biologi molekuler Swiss-Kanada, bilang dulu kualitas air di Swiss jauh lebih buruk daripada sekarang. Busa mengapung di banyak tempat di sungai dan ada hamparan alga adalah pemandangan yang lumrah.

Sudah begitu, sungai menjadi pembuangan limbang. Hingga tahun 1960-an, hanya sekitar 15% dari populasi di Swiss terkoneksi dengan pengolahan limbah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Michael Scharer selaku warga yang menjabat kepala Water Body Protection Section dulu pada masa kecilnya pernah melihat kapal-kapal sampai dikerahkan untuk mengambil alga yang menjamur di danau. Bahkan, pada masa orang tuanya masih hidup, orang tak jarang jatuh sakit dan diare jika mereka tak sengaja menelan air saat berenang.

Pada tahun 1963, sempat terjadi wabah tipes di sebuah resort pegunungan, di mana 3 orang meninggal dunia dan 450 jatuh sakit. Diduga ada kaitannya dengan polusi di perairan.

ADVERTISEMENT

Situasi itu membuat warga Swiss bikin gerakan. Mereka menuntut agar pemerintah membuat kebijakan baru agar perairan di Swiss tidak kotor lagi. Pada tahun 1971, pengelolaan air limbah akhirnya punya aturan hukum.

Kerja bareng pemerintah dan warga itu membuahkan hasil. Pada tahun 2005, sudah 97% populasi terhubung dengan pengelolaan air limbah terpusat. Tahun 2017, jaringan selokan sudah sepanjang 130 ribu kilometer dan ada 800 pusat pengelolaan air limbah.

Untuk membuat perubahan itu, biayanya memang tidka murah. Ekspansi infrastruktur sistem limbah dan lain-lainnya, membutuhkan kurang lebih 50 miliar franch Swiss.

Hasilnya..., kini warga bisa menjadikan sungai sebagai tempat wisata. Bukan cuma memandangi kemolekannya tetapi juga berenang. Termasuk, di Sungai Aare. Saking banyaknya wisatawan yang pelesiran di area sungai itu, pemerintah Bern, Swiss menugaskan polisi berjaga-jaga. Pemerintah juga bikin imbauan lewat Aare You Safe untuk menjaga keselamatan wisatawan di area sungai itu.

Berkaca sukses pemerintah Bern dan Swiss itu, adakah keinginan pemerintah Jakarta dan provinsi lain serta pemerintah pusat untuk menirunya?




(fem/fem)

Hide Ads