Penyakit Sampai Keragaman Genetika Penghuni Pompeii Terkuak

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Penyakit Sampai Keragaman Genetika Penghuni Pompeii Terkuak

Femi Diah - detikTravel
Senin, 30 Mei 2022 08:58 WIB
Rahasia korban Pompeii yang terkubur 2.000 tahun terungkap berkat DNA kuno
Rahasia korban Pompeii yang terkubur 2.000 tahun terungkap berkat DNA kuno (BBC Magazine)
Jakarta -

Peneliti berhasil mengungkap informasi genetika sisa-sisa manusia dari Pompeii. Mulai dari penyakit dari kerangka yang ditemukan hingga keragaman genetika di kota kuno itu.

Informasi soal Pompeii itu terkuak berkat tulang seorang pria dan wanita berusia 2.000 tahun lalu saat kota Romawi itu ditenggelamkan abu vulkanik.

Genom manusia Pompeii pertama ini adalah seperangkat instruksi genetika yang hampir lengkap, terkode dalam DNA yang diekstraksi dari tulang mereka. DNA manusia kuno itu terawetkan dengan sangat baik dalam jasad yang terbungkus abu yang mengeras seiring waktu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua orang itu pertama kali ditemukan pada 1933, di tempat yang oleh para arkeolog Pompeii disebut Casa del Fabbro, atau The Craftsman's House. Saat ditemukan, posisi kedua jasad telungkup di sudut ruang makan, seolah-olah mereka sedang makan siang ketika letusan terjadi - pada 24 Agustus tahun 79 M.

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa awan abu dari letusan Gunung Vesuvius dapat mematikan bagi penduduk kota dalam waktu kurang dari 20 menit. Antropolog Dr Serena Viva dari University of Salento menyebut kedua korban yang dipelajari para peneliti tidak berusaha melarikan diri.

ADVERTISEMENT

"Dari posisi (tubuh mereka) tampaknya mereka tidak dalam upaya melarikan diri," kata Dr Serena Viva kepada BBC Radio 4's Inside Science.

"Penyebabnya, bisa jadi ada hubungannya dengan kondisi kesehatan mereka," dia menambahkan.

Kini, petunjuk terungkap dalam penelitian terbaru terhadap tulang-belulang mereka.

"Semuanya tentang pengawetan kerangka," ujar Prof Gabriele Scorrano, dari pusat GeoGenetics Lundbeck di Kopenhagen, yang memimpin penelitian tersebut.

"Itu hal pertama yang kami lihat, dan itu tampak menjanjikan, jadi kami memutuskan untuk mencoba [ekstraksi DNA]."

Kombinasi keutuhan kerangka dua fosil itu dan teknologi laboratorium terbaru memungkinkan para ilmuwan untuk mengekstrak menjadi bubuk tulang dan menghasilkan banyak informasi.

"Mesin sekuensing terbaru dapat membaca beberapa genom utuh sekaligus," kata Scorrano.

Studi genetika mengungkapkan bahwa kerangka si pria mengandung DNA dari bakteri penyebab tuberkulosis. So, bisa disimpulkan dia mungkin mengidap penyakit tersebut sebelum kematiannya.

Dan, fragmen tulang di dasar tengkoraknya mengandung DNA utuh yang cukup untuk mengetahui seluruh kode genetikanya. Itu menunjukkan bahwa ia memiliki penanda genetika atau titik referensi yang dapat dikenali dalam kode genetikanya, yang sama dengan beberapa individu lain yang tinggal di Italia selama zaman Kekaisaran Romawi.

Dia juga memiliki sekelompok gen yang biasa ditemukan pada orang-orang yang berasal dari Pulau Sardinia. Itu menunjukkan mungkin ada tingkat keragaman genetika yang tinggi di Semenanjung Italia pada saat itu.

Prof Scorrano mengatakan ada lebih banyak hal yang bisa dipelajari dalam studi biologi Pompeii. Termasuk, dari DNA lingkungan kuno. Dengan begitu, dapat mengungkapkan lebih banyak tentang keanekaragaman hayati pada saat itu.

"Pompeii seperti pulau Romawi. Kita punya gambaran tentang satu hari di 79 SM," kata Scorrano.

Dr Viva menambahkan bahwa setiap jasad manusia di Pompeii adalah "harta karun".

"Orang-orang ini adalah saksi bisu salah satu peristiwa sejarah paling terkenal di dunia," kata dia.

"Bekerja dengan mereka sangat emosional dan sungguh merupakan kesempatan yang sangat istimewa bagi saya," dia menambahkan.




(fem/fem)

Hide Ads