Emak-emak 7 Anak Lakukan Ekspedisi 7 Puncak Tertinggi Kedua

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Emak-emak 7 Anak Lakukan Ekspedisi 7 Puncak Tertinggi Kedua

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Kamis, 02 Jun 2022 12:06 WIB
Andrzej Bargiel dan Gunung K2
Gunung K2 (Foto: CNN Sport)
Jakarta -

Seorang emak-emak dalam proses menjejaki tujuh puncak tertinggi kedua dunia atau Seven Second Summits. Perjalanannya ini terbilang anti-mainstream.

Karena, seperti diberitakan CNN, Kamis (2/6/2022), begitu banyak orang mau melakukan hal serupa tapi di Seven Summits-nya di tiap benua, bukan yang kedua.

Di sisi lain, bagi banyak pendaki gunung, tujuh puncak kedua dianggap sebagai pencapaian yang lebih signifikan. Gunung-gunungnya kurang terkenal dan kurang populer di kalangan pendaki pemula dan kurang dikomersialkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gunung yang paling terkenal adalah K2, yang terletak di perbatasan Pakistan dan China di Pegunungan Karakoram. Sisanya, hanyalah nama-nama biasa di kancah internasional.

Ojos de Salado (Mata Asin) di perbatasan Chile-Argentina adalah gunung berapi tertinggi di planet ini. Gunung Tyree di Antartika relatif mudah didaki menurut standar pendakian gunung, namun aksesnya sangat sulit dan hanya sekitar selusin pendaki yang berhasil mencapai puncak.

ADVERTISEMENT

Hanya satu orang yang secara resmi mendaki ketujuh puncak kedua. Tapi, kini ada emak-emak yang siap untuk menyelesaikan nya lagi.

Dan dia tidak seperti yang dipikirkan kebanyakan orang sebagai pendaki gunung. Dia adalah ibu dari tujuh anak yang tinggal di Utah dan baru mulai mendaki sampai dia berusia tiga puluhan.

Jenn Drummond, pendaki emak-emak Seven Second SummitsJenn Drummond, pendaki emak-emak dalam ekspedisi Seven Second Summits-nya (Foto: CNN)

Ia bernama Jenn Drummond. Menyukai tantangan, di ulang tahunnya yang ke-40 di tahun 2020, ia memutuskan untuk meningkatkan keterampilan mendakinya.

Ia lalu menyewa pelatih panjat, dengan tujuan mendaki Ama Dablam, sebuah gunung di Nepal.

Namun setelah menyelesaikannya, sang pelatih menghadirkan tantangan baru, yakni Seven Second Summits. "Dia berkata, Anda memiliki tujuh anak, ada tujuh benua," kenangnya.

Tetapi mendaki gunung membutuhkan lebih dari sekadar latihan fisik. Covid membuat seluruh dunia menjadi kacau, tiba-tiba Drummond harus menyekolahkan anak-anaknya di rumah, dan penutupan perbatasan internasional membuatnya tidak mungkin untuk bepergian.

Setelah Chile dibuka kembali untuk turis pada musim gugur 2021, Drummond menuju ke sana untuk mendaki Ojos de Salado, yang pertama dari tujuh puncak kedua.

Sejauh ini, dia telah mendaki Dykh-Tau, Gunung Kenya, Gunung Tyree dan yang terbaru Gunung Logan di Kanada. K2 direncanakannya untuk musim panas 2022.

Selanjutnya, kendala dan tujuan mendaki Drummond

Upanya mendaki Seven Second Summits mendapat kendala terkait puncak mana yang memang benar masuk di kategori itu. Contoh, jika Australia adalah benua maka puncak kedua adalah Mount Townsend di New South Wales.

Namun, para ahli geografi yang menganggap Australasia dan Oceania sebagai bagian dari benua, puncak keduanya adalah Sumantri di Provinsi Papua Barat, Indonesia. Untuk memastikan rekornya tak terbantahkan, Drummond berencana mendaki keduanya.

"Jika saya memiliki Rekor Dunia Guinness, anak-anak saya akan benar-benar berpikir saya keren," kata dia tertawa. Dia juga ingin mengatasi beberapa ketidaksetaraan yang ada di dunia pendakian gunung yang kecil dan langka.

Selama bertahun-tahun, citra seorang pendaki gunung adalah seseorang seperti Reinhold Messner atau Edmund Hillary. Mereka adalah pria kulit putih berjanggut, bertampang serius, dan membawa kapak es dari Eropa atau Amerika Utara.

Organisasi seperti Full Circle, kelompok pendaki gunung berkulit hitam yang mencapai puncak Everest pada Mei 2022, menunjukkan kepada dunia bahwa aktivitas ekstrem seperti mendaki gunung tersedia bagi siapa saja yang memiliki keberanian untuk mencoba.

Mendaki gunung bisa sangat berbahaya. Orang bisa meninggal karena penyakit ketinggian, jatuh dan kedinginan. Namun bukan hanya pegunungan itu sendiri yang memberikan tantangan.

Di pangkalan Sumantri, dua suku yang bersaing memperebutkan siapa yang berhak menambang di sana. Dan konflik yang sedang berlangsung di Rusia telah mengakibatkan banyak maskapai menghentikan penerbangan ke negara itu, artinya Dykh-Tau sulit dijangkau.

Dan, pendakian Seven Second Summits itu juga terbilang mahal dan memakan waktu berbulan-bulan.


Hide Ads