Staycation di Menteng: di Hotel Gaya Belanda, Dimanjakan Kuliner Nusantara

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Staycation di Menteng: di Hotel Gaya Belanda, Dimanjakan Kuliner Nusantara

Femi Diah - detikTravel
Selasa, 14 Jun 2022 08:55 WIB
Hotel The Hermitage
Foto: 20Detik - Wano Dya
Jakarta -

Untuk sebuah hotel, apalagi hotel di Jakarta, bangunan ini relatif mungil. Tapi, sebuah paket komplet ditawarkan oleh Hotel The Hermitage, a Tribute Portfolio Hotel, Jakarta, yang ada di jantung ibu kota, di kawasan Menteng.

Hotel Hermitage yang ada di jalan Cilacap, Menteng itu 'cuma' memiliki 90 kamar. Bukan gedung yang sangat tinggi, cuma ada 9 lantai di sini. Warna dindingnya putih yang mengesankan kemewahan dengan gaya bangunan khas Belanda, art deco dengan kaca dan pintu berukuran besar. Bangunan ini memang tinggalan Belanda dan kini masuk daftar cagar budaya.

Gedung hotel yang berlokasi di Jalan Cilacap, Menteng, itu dulunya kantor perusahaan telekomunikasi Belanda, Telefoongebouw. Gedung itu dibangun pada 1923. Setelah Indonesia merdeka, Telefoongebouw dimanfaatkan untuk kantor Departemen Pendidikan dan Pengajaran, pernah jadi kantor Presiden Sukarno, dan sempat jadi kampus Universitas Bung Karno hingga akhir 1990-an. Baru pada 2008, salah satu bangunan cagar budaya ini diambil alih PT Menteng Heritage Realy dan disulap jadi hotel bintang lima. Hotel ini diresmikan Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama awal Juni 2014.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tetapi, jangan terkecoh, hanya bagian depan hotel yang merupakan bangunan asli tinggalan Meneer Belanda. Bangunan inti berupa dua lantai berpola U.

Di bangunan asli yang tidak terlalu luas itu, digunakan sebagai lobi utama, resepsionis, aula dan ruang-ruang rapat, lounge, restoran, dan kafe. Sisanya, yang menjadi kamar menginap tamu hotel, adalah bangunan baru yang didesain mirip interior gedung lama, baik bentuk pintu, teralis, jendela, ataupun ventilasinya.

ADVERTISEMENT

Cita rasa modern ada di bar rooftop La Vue Rooftop Bar dan kolam renang mungil di bawahnya.

"Gedung ini masih baru. Baru menjadi hotel pada 2013. Semua kamar baru, jadi enggak akan spooky," General Manager The Hermitage Jakarta Harry Suryadharma berkelakar.

Harry menjamin tamu justru bakal merasakan kenyamanan saat memasuki kamar. detikTravel yang mendapatkan kesempatan menginap tiga hari dua malam di kamar executive suite mendapatkan kejutan beruntun. Pertama, para tamu mendapatkan keleluasaan memesan kopi dari salah satu brand lokal ternama Tanamera. Enggak cuma kopi, tamu juga bisa memesan cokelat panas atau dingin.

"Kami juga menyiapkan satu asisten pribadi buat para tamu. Mereka kami namai guardians. Apakah sudah disapa melalui Whatsapps?" kata Harry.

Ya, guardians itu akan menyapa secara personal, baik melalui Wahstaaps ataupun secara langsung jika dibutuhkan. Guardians mulai mengirimkan pesan sejak jam-jam yang seharusnya sudah bisa bisa check in andai si tamu belum check in.

Mereka juga bisa menginformasikan destinasi wisata terdekat dari hotel. Guadians itu siaga 24 jam untuk melayani tamu.

Kuliner Tempo Dulu

The Hermitage tidak setengah-setengah mengajak para tamu untuk merasakan suasana yang sangat Menteng. Ya, Menteng merupakan kawasan yang dibangun oleh pemerintahan Kolonial Belanda pada awal abad ke-10 sebagai kota modern pertama di Indonesia. Area itu dirancang dan digarap pemborong swasta Belanda, NV de Bouwploeg, seorang arsitek PJS Moojen yang oleh lidah pribumi dipelesetkan jadi Boplo. Kawasan itu menjadi permukiman untuk kalangan menengah atas hingga saat ini.

Caranya, dengan menyajikan beragam menu jadul dan bercita rasa nusantara di Restoran 1928, restoran di dalam Hotel Hermitage. Saat detikTravel menginap ada empat tawaran menu yang biasa ada di warung makan, yakni soto ayam bakar, lamb tongseng, pindang bandeng, dan soto tangkar.

Selain itu, The Hermitage menawarkan makan malam spesial berupa tasting menus oleh Executive Chef Ferdian Tobing. Di bagian ini, Hermitage membawa street food ke hotel bintang lima dan cara menyantapnya pun ala bangsawan Prancis, degustation.

Menu Deconstructed The Hermitage JakartaMi ayam di The Hermitage Jakarta (detikcom)

"Degustation berasal dari bahasa Prancis yang berarti tasting. Biasanya degustation dilakukan bangsawan, kerajaan, dan darah biru. Biasanya ada 20 cuisine, tetapi di sini kami siapkan smebilan cuisine. Tamu bisa memilih jumlah cuisine dan ragamnya," kata banquet manager The Hermitage, a Tribute Portofolio Hotel, Jakarta, Bagus Maulana.

Sembilan cuisine itu di antaranya otak-oak, makan hati, pecel lele, dan udang saus padang. Yang tentunya sajiannya mengejutkan.

"Kami berharap tamu yang datang bisa mengetahui sejarah Indonesia lewat menu-menu, yang disajikan di sini. Kebanyakan mereka menawarkan buffet dengan beragam tema. Kalau restoran dengan sajian ala tasting menus mungkin orang hanya akan bisa dapatkan di sini. Termasuk menghadirkan chef-chef lokal yang akan menyajikan kuliner Indonesian heritage," kata Harry.



Simak Video "Video: Pramono soal Hotel Harus Bernuansa Betawi 2 Bulan dalam Setahun"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads