Keraton Solo kaya akan cerita bersejarah. Hanya warga Solo yang tahu, kalau Keraton Solo punya 'jalan tikus' khusus.
Kawasan keraton memang memiliki empat pintu gerbang utama yang dikenal sebagai lawang gapit. Selain empat akses tersebut, ada dua pintu lain yang sering dimanfaatkan warga sebagai jalan alternatif.
Yang pertama ialah akses kecil di sisi selatan Baluwarti. Akses ini menghubungkan kawasan Baluwarti dengan Kampung Gurawan, Kelurahan Pasar Kliwon, Solo.
Akses ini berukuran tinggi 2 meter dan lebar sekitar 1,5 meter. Pengguna jalan pun tak kesulitan jika melintasinya, meskipun berpapasan dengan sepeda motor lainnya.
Salah seorang warga Gurawan, Sugeng (65) mengatakan keberadaan akses jalan tersebut berkaitan dengan banjir 1966. Saat itu, separuh tembok sisi selatan roboh.
"Dulu saat banjir 1966, separuh tembok ini ambruk. Untuk sementara, tembok diganti dengan bambu," kata Sugeng, Minggu (19/6/2022).
Sekitar 19 tahun kemudian, yakni di tahun 1985, tembok yang tersisa juga ikut ambruk. Saat itulah pihak keraton baru membangun tembok secara utuh.
"Itu saya ingat karena waktunya berdekatan dengan kebakaran tahun 1984-1985," ujarnya.
Keraton kemudian membangun tembok kembali namun tak setinggi tembok aslinya. Karena sudah terbiasa menggunakan titik itu sebagai akses jalan, warga meminta izin keraton agar tetap bisa dipakai melintas.
"Sebenarnya kan nggak boleh, tapi akhirnya diperbolehkan hanya untuk kendaraan," ujarnya.
Pintu butulan
Satu jalan alternatif lainnya berada di sisi barat. Akses yang biasa disebut 'butulan' ini menghubungkan Kampung Gambuhan, Baluwarti dengan Jalan Reksoniten.
Lurah Baluwarti, Danang Agung Warsiyanto, mengatakan keberadaan pintu butulan juga berhubungan dengan banjir 1966. Saat itu, kawasan yang sudah tergenang air.
"Memang saat itu seluruh wilayah Solo banjir, termasuk di keraton. Kemudian tembok di Gambuhan itu dijebol untuk agar warga bisa mengungsi," kata Danang saat dihubungi detikJateng, hari ini.
Hingga saat ini, pintu butulan tidak ditutup kembali. Danang memperkirakan pintu tersebut dianggap sebagai penanda sejarah.
"Sampai sekarang tidak ditutup oleh keraton, mungkin memang sebagai sejarah," katanya.
Danang mengatakan empat pintu gerbang utama selalu ditutup ketika malam hari. Sedangkan dua jalan alternatif itu tetap terbuka namun dijaga oleh warga setempat.
"Ronda malam masih aktif. Di situ juga ada CCTV. Kalau yang selatan itu ada wedangan 24 jam, selalu ramai di situ. Linmas juga selalu berkeliling," pungkasnya.
***
Baca berita selengkapnya di sini.
Simak Video "Video: Solo Leveling Borong 9 Piala di Crunchyroll Anime Awards 2025"
(bnl/bnl)