Kisah diaspora Indonesia di luar negeri selalu menarik untuk disimak. Kali ini, 23 perempuan Indonesia yang tinggal di 12 negara berbeda meluncurkan sebuah buku.
Menikah dan kemudian bermukim di negeri orang dalam jangka waktu yang lama bukanlah perkara mudah. Cerita integrasi budaya di antara kedua insan manusia dalam biduk rumah tangga, tentu jadi kisah haru biru yang tidak selalu melulu mendatangkan kisah romantis saja, tetapi terkadang juga tragis.
Di tengah meningkatnya mobilisasi dan migrasi, bukan tidak mungkin angka kawin campur pasangan WNI dan WNA bertambah. Angka ini belum tentu diiringi oleh bekal yang cukup untuk mengetahui seluk beluk budaya, kendala komunikasi, hingga ketidakpahaman hukum, yang kerap menjadi pemicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada saja kasus di mana perempuan bingung menempatkan dirinya saat minimnya informasi dan bahasa yang dimilikinya di mancanegara. Pertemuan dua budaya yang berbeda akan menghadirkan banyak hal baru, yang akan memperkaya kehidupan.
Ada banyak pengalaman positif yang dijalani para pelaku kawin campur, meskipun harus diakui hubungan kawin campur tidak terlepas pula dari stigma, konflik maupun masalah spesifik lain yang mengikutinya.
Beragam kisah dan pengalaman yang mengharu biru tersebut, kami ungkapkan dalam bentuk tulisan, dan dikemas menjadi buku yang menarik. 23 penulis dari 12 negara, lintas benua yang berbeda.
Para penulis dipertemukan oleh Ruanita (Rumah Aman Kita), sebuah Komunitas Diaspora Indonesia yang dibentuk untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar praktik hidup dan tinggal di mancanegara, serta permasalahan psikologis yang kerap dihadapi,
Di bawah koordinasi mbak Anna KnΓΆbl dari Jerman, bekerjasama dengan Penerbit Padmedia di Indonesia, mereka menghasilkan karya dalam sebuah proyek buku yang berjudul 'Cinta Tanpa Batas'.
Semua naskah yang terkumpul ditulis oleh para perempuan asal Indonesia yang tinggal di berbagai lokasi dan negara.
Kisah perkawinan campuran yang tertuang dalam buku ini, bukan hanya bercerita tentang dokumen dan kelengkapan administrasi saja, melainkan ada kisah-kisah lainnya yang mungkin jarang terdengar di ranah publik.
Ada kisah tabu tentang pandangan keluarga, pengasuhan anak, pengalaman menjadi orang tua, hingga kasus perpisahan, ditulis apik berdasarkan kisah nyata yang dialami masing-masing penulis. Ini bukan soal fantasi atau dokumentasi, ini adalah kisah yang menginformasi dan menginspirasi.
Saya, yang bermukim di Belanda, dan semua rekan penulis lainnya, yang bermukim di 12 negara yang berbeda, sudah memulai mengumpulkan naskah sejak Oktober 2021, dan pada akhirnya naskah kami dijadikan sebuah buku yang berjudul Cinta Tanpa Batas, dan terbit pada akhir April 2022. Saat ini sudah dalam tahap pendistribusian.
Peluncuran resmi buku ini dilaksanakan secara daring pada hari Minggu, 19 Juni 2022 pukul 10.00 waktu Eropa Tengah atau jam 15.00 WIB.
Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Ketua DWP KBRI Berlin, ibu Tenny Edison yang memberikan pengantar tentang problematika yang dihadapi perempuan Indonesia di luar negeri.
Selain itu hadir pula Ketua Komnas Perempuan Indonesia, ibu Andy Yentriyani yang memberikan tanggapan atas terbitnya buku bertema perkawinan campuran ini.
Semoga buku yang berisi penggalan kisah kami, bermanfaat untuk para pembacanya, terkhusus bagi pelaku kawin campur asal Indonesia yang tersebar di pelosok bumi.
----
Penulis adalah Diaspora Indonesia di Belanda, tinggal di kota Utrecht.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum