Keberadaan arca Dwarapala di Singosari hingga kini masih menyisakan teka-teki. Tim arkeologi pun melakukan penggalian untuk mencari tahu jawabannya.
Arca Dwarapala merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Singasari yang masih kokoh berdiri. Arca ini ada sepasang di mana masing-masing arca terletak berseberangan di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Kendati bentuk arca masih utuh, ada kejanggalan pada posisi hadap kedua arca ini. Saat ini, arca Dwarapala yang berada di utara menghadap ke timur. Sedangkan pasangannya di selatan menghadap utara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut ahli purbakala, hal ini dinilai janggal. Sebab, fungsi Dwarapala sebagai penjaga gerbang itu biasanya diletakkan saling berhadapan, atau menghadap ke arah yang sama, bukan seperti posisi saat ini.
![]() |
Melihat fenomena ini, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan proses penggalian atau ekskavasi terhadap arca Dwarapala tersebut. Ini merupakan salah satu cara memperoleh data mengenai posisi awal kedua arca.
"Ini belum pernah dilakukan sebelumnya (ekskavasi setelah arca ditemukan di zaman Belanda). Dulunya arca itu terpendam setengah badan lalu diangkat. Tapi setelah kondisi sekarang ini tidak mungkin seperti ini posisinya," kata Pamong Budaya Ahli Andi Muhammad Said kepada detikcom, Senin (27/6/2022).
"Kalau Dwarapala Buddha, dia posisinya saling berhadapan. Kalau Hindu, dia menyampingi jalan. Nah kalau yang posisi saat ini anomali. Itu masalah yang ingin dijawab," sambungnya.
![]() |
Said menjelaskan ada sejumlah dugaan yang menyebabkan arah hadap kedua arca itu berbeda. Faktor lingkungan dan kesengajaan dapat berperan.
"Arca Dwarapala itu diberi landasan cor-coran di bawahnya tahun 1980-an tapi kita tidak punya data sebelum itu posisinya bagaimana. Kita hanya punya data ketika zaman Belanda, itu terpendam setengah. Jadi harus menggali ke bawah karena kita mencurigai di bawah itu ada pedestal arca ini," ujar Said.
Said memaparkan, hingga saat ini belum diketahui bangunan apa yang dijaga oleh kedua arca Dwarapala tersebut. Penggalian yang dilakukan hingga 4 Juli mendatang itu juga diharapkan dapat mengungkap sisa-sisa bangunan yang masih terkait dengan arca tersebut.
Selain arah hadap arca Dwarapala yang masih misterius, kedua arca ini juga dinilai belum selesai dipahat. Dosen sejarah sekaligus arkeolog Universitas Negeri Malang, Ismail Lutfi menjelaskan, indikasi itu terlihat dari ukiran pada arca yang belum detail.
"Arca ini memang masih bagus walaupun belum selesai atau nirtuntas," kata Lutfi.
"Ada banyak penyebab arca belum selesai. Bisa karena kondisi sosial politik yang tidak stabil, pergantian raja, perang, jadi pekerjaan besar itu menjadi terhambat," ujarnya.
![]() |
"Indikasi belum selesai bisa lihat bagian belakang arca ini masih terlihat pola dasarnya yang belum detail. Termasuk di bagian depan juga ada ukiran ular tapi belum ada sisiknya," sambungnya.
Ukiran yang polos juga merupakan anomali. Menurut Lutfi, karya seni era Kerajaan Singasari itu umumnya begitu detail dan cantik. Ia mencontohkan arca Ken Dedes atau Prajnaparamitha yang tampak cantik.
"Seni arca pada masa Tumapel (Kerajaan Singasari) itu merupakan masterpiece dari masa Jawa kuno, terutama untuk Jawa Timur. Batunya pilihan dan pahatannya sangat halus," katanya.
Teka-teki lainnya dari arca Dwarapala itu adalah ukurannya yang besar. Tinggi arca itu adalah 3,7 meter dengan ketebalan 1,98 meter dan lebar 2,25 meter.
"Pada masa Tumapel kita mendapatkan data ikonografi yang giant atau besar-besar dan kita tidak mendapatkannya di periode yang lain. Jadi ini memang istimewa, hanya saja pertanyaannya apakah karena kebijakan penguasa waktu itu, pada masa raja tertentu saja atau sebagai penanda khusus," kata Lutfi.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum