Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Jumat, 22 Jul 2022 10:41 WIB

TRAVEL NEWS

Keterbatasan Fisik Tak Jadi Halangan, Pengrajin Ini Tetap Tekun Berkarya

I Ketut Karsa, pria dengan keterbatasan fisik asal Desa Selumbung, Karangasem, Bali, yang menekuni kerajinan keroncongan sapi.
I Ketut Karsa saat membuat keroncongan sapi. (I Wayan Selamat Juniasa/detikBali)
Karangasem -

I Ketut Karsa merupakan seorang pengrajin keroncongan sapi asal Bali. Ia memiliki keterbatasan fisik, namun hal ini tak membatasinya untuk berkarya.

I Ketut Karsa (47) adalah warga asal Banjar Dinas Kelodan, Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali. Ia memiliki keterbatasan fisik pada tangan dan kaki. Bentuk tangan dan kaki Karsa bengkok. Sehingga membuatnya tidak leluasa bergerak.

Menurut penuturan Karsa, keterbatasan fisik yang dialaminya sudah terjadi sejak lahir. Meski begitu, hal tersebut tidak menghalangi dirinya.

Sehari-hari Karsa bekerja sebagai pengrajin keroncongan sapi atau lonceng sapi berbahan kayu. Ia belajar membuat kerajinan sejak tahun 1995.

"Saya mulai belajar membuat kerajinan sejak tahun 1995 awalnya karena iseng akibat tidak ada kerjaan di rumah," kata I Ketut Karsa saat ditemui detikBali di kediamannya pada Kamis (21/7/2022).

Setelah belajar membuat keroncongan sapi, lama-kelamaan mulai ada warga yang tertarik untuk membeli. Sejak saat itu Karsa semakin bersemangat untuk menekuni bidang ini.

Sebenarnya selain keroncongan sapi, Karsa juga membuat kerajinan lain seperti kulkul hingga topeng. Namun hingga saat ini baru keroncongannya saja yang berhasil menarik minat pembeli.

Dari pekerjaannya sebagai pengrajin keroncongan sapi Karsa dapat membantu untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Satu keroncongan sapi dijual dengan harga mulai dari Rp 100.000. Harga yang dipatok tergantung dari ukuran keroncongan.

Meski pendapatannya setiap bulan tidak terlalu tinggi, Karsa tetap bersyukur. Ia dapat membantu memenuhi kebutuhan harian dirinya dan keluarganya.

"Sebulan paling hanya terjual sekitar 3-5 keroncongan sapi saja," kata Karsa.

Saat ini Karsa tinggal bersama ayah dan ibunya. Mereka sudah lanjut usia dan tak lagi dapat bekerja. Selain dari penghasilannya sebagai pengrajin keroncongan sapi, Karsa juga dibantu oleh saudaranya yang lain untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga.

"Untuk kebutuhan hidup sehari-hari saya dibantu oleh kakak saya karena kalau hanya mengandalkan dari penghasilan saya saja pasti tidak cukup," kata Karsa.

Artikel ini telah tayang di detikBali. Baca selengkapnya di sini.



Simak Video "Kemenparekraf Sambut Ratusan Turis Tiongkok di Bali"
[Gambas:Video 20detik]
(ysn/ysn)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA