g. Berdasarkan pertumbuhan wisatawan dan ekonomi, pertumbuhan wisatawan 1,33 kali (2013-2016) menjadi 2,05 kali (2016-2019) dan nilai ekonomi Manggarai Barat sebesar 1,7 kali (2013-2016) mengalami penurunan menjadi 1,5 kali (2016-2019). Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berbanding terbalik dengan pertumbuhan wisatawannya.
h. Perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap kadar produktivitas primer (Oksigen) dalam keterbatasan Daya Dukung dan Daya Tampung wilayah ke depannya, untuk nilai produktivitas primer pada tahun 2021 sebesar 2.198.677.815 kg/tahun yang bersumber dari luasan hutan, savana, terumbu karang serta ketersediaan zona pelagis, dan akan pada tahun 2045 akan mengalami penurunan menjadi sebesar 1.099.338.907 kg/tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini mungkin masih dapat mendukung aktivitas secara nyaman, karena kebutuhan pada tahun terpadat wisata sebelum pandemi yaitu tahun 2019 dengan nilai penggunaan 966.798.714 kg/tahun tetapi semakin banyaknya pengunjung akan ada tekanan terhadap Jasa Ekosistem produksi primer tersebut karena penggunaannya membutuhkan sebesar 1.244.968.306 Kg/tahun pada Tahun 2045.
i. Berkurangnya luasan terumbu karang dari 6.984 Ha menjadi 4.832 Ha, sehingga perlu transplantasi terumbu karang minimal 150 Ha per 3 tahun, akan lebih baik jika dapat dilakukan lebih dari nilai tersebut. Biaya perbaikan tentu tidak seberapa dibandingkan lamanya pemulihan ekosistem yang ada.
j. Jika beban melebihi kapasitas Daya Dukung Daya Tampung, nilai manfaat betul meningkat mencapai 2,16 kali tetapi Nilai yang hilang mencapai Rp 11 T sedangkan jika dilakukan pembatasan nilai yang hilang berkisar Rp 10 M dan masih mampu dilakukan perbaikan serta pemulihan dengan tetap mendapatkan nilai manfaat secara ekonomi dan berkelanjutan. Hal ini berkaitan erat dengan manajemen kunjungan sebagai upaya konservasi dalam mengurangi beban yang melebihi kapasitas
k. Terjadinya Pengurangan Jasa Ekosistem jika beban kunjungan melebihi kapasitas daya dukung daya tampung baik terestrial maupun akuatik. Kapasitas ideal atau nyaman sebanyak 219.000 dan maksimal sebanyak 292.000 kunjungan per tahun, dilihat dari panjang jalur terpendek trekking, lama berjalan rata-rata wisatawan, lama berkunjung wisatawan dan tingkat kenyamanan berwisata serta dengan mempertimbangkan Nilai Jasa Ekosistem di dalamnya. Sedangkan untuk keberlanjutan ekonomi yang maju minimal sebanyak 146.000 kunjungan per tahun.
l. Terkait pilihan destinasi pariwisata, pembatasan ini perlu diintegrasikan dengan destinasi wisata lainnya sehingga menambah length of stay (waktu berwisata) di kawasan lainnya.
m. Jika upaya konservasi yang ketat tidak diberlakukan, dan kunjungan tidak dibatasi, kita akan melihat penurunan signifikan dalam nilai jasa ekosistem di dalam Taman Nasional Komodo terutama di Pulau Komodo dan Pulau Padar yang pada waktunya akan mempengaruhi keberlangsungan hidup komodo dan ekosistemnya.
n. Semua hasil kajian akan dipublikasikan dalam bentuk jurnal internasional dan buku hasil kajian, yang dapat dibaca oleh khalayak umum.
Selanjutnya: Program Konservasi yang Dilakukan di Taman Nasional Komodo
Simak Video "Video: Wisatawan Tertahan di Bandara Komodo Imbas Erupsi Lewotobi"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol