Kenapa Masih Sedikit Turis yang Liburan ke Jepang?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kenapa Masih Sedikit Turis yang Liburan ke Jepang?

Syanti Mustika - detikTravel
Senin, 01 Agu 2022 23:10 WIB
View of Mt. Fuji and Tokyo skyline at dusk.
Foto: Ilustrasi Jepang (iStock)
Jakarta -

Jepang telah membuka diri untuk wisatawan semenjak 10 Juni lalu. Namun jumlah wisatawan yang datang masih sangat sedikit. Apa faktornya ya?

Sebelum pandemi, Jepang adalah salah satu tujuan favorit liburan bagi wisatawan dunia. Namun karena pandemi, Jepang menjadi salah satu negara yang ketat dengan semua hal tentang pandemi.

Dilansir dari CNN, Senin (1/8/2022) Jepang telah membuka gerbang internasionalnya untuk berwisata semenjak 10 Juni 2022 lalu. Namun berdasarkan data dari Badan Layanan Imigrasi Jepang antara 10 Juni- 10 Juli jumlah turis yang masuk hanya 1.500 orang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tentu menjadi pertanyaan, kenapa negara paling ditunggu pembukaannya untuk berlibur jumlah turisnya sangat sedikit. Berikut beberapa hal yang mempengaruhi jumlah kedatangan turis ke Jepang.

1. Datang berkelompok atau ikut tur resmi

ADVERTISEMENT

Meskipun Jepang telah dibuka untuk liburan, Jepang saat ini hanya mengizinkan wisatawan liburan untuk datang dalam kelompok yang terorganisir. Bagi banyak orang di Barat, yang lebih menyukai spontanitas dan tidak ingin mengikuti rencana perjalanan yang ketat, masalah ini tentu jadi masalah bagi mereka.

Ramai orang-orang yang biasanya liburan solo atau beberapa orang saja ke Jepang, mereka berputar haluan ke Seoul, Korea Selatan.

2. Jepang masih ketat dengan aturan

Kebijakan Jepang yang tidak sepenuhnya terbuka tidak hanya berlaku untuk visa. Negara ini masih memiliki aturan masker di banyak daerah, harga tur kelompok yang mahal, dan Jepang memerlukan karantina pada saat kedatangan. Hal-hal tersebut membuat penjualan wisata jadi lebih sulit.

GOTEMBA, JAPAN - MAY 28: A car park at Mizugatsuka Park, a popular visitor spot for views of Mount Fuji, is completely empty after being closed to discourage visitors to the area on May 28, 2020 in Gotemba, Japan. Local authorities have announced that Mount Fuji, one of Japans most popular tourist destinations, will be closed to hikers during this year's summer climbing season to prevent the spread of Covid-19 coronavirus. To date, Japan has recorded 16,651 infections, 858 deaths and 13,973 recoveries from the virus. (Photo by Carl Court/Getty Images)GOTEMBA, JAPAN - MAY 28: A car park at Mizugatsuka Park, a popular visitor spot for views of Mount Fuji, is completely empty after being closed to discourage visitors to the area on May 28, 2020 in Gotemba, Japan. Local authorities have announced that Mount Fuji, one of Japans most popular tourist destinations, will be closed to hikers during this year's summer climbing season to prevent the spread of Covid-19 coronavirus. To date, Japan has recorded 16,651 infections, 858 deaths and 13,973 recoveries from the virus. (Photo by Carl Court/Getty Images) Foto: Getty Images/Carl Court

3. Pengaruh China

Pada 2019, pasar pariwisata tunggal terbesar Jepang adalah negara tetangga China dengan 9,25 juta kunjungan. Namun, sekarang China masih tetap tertutup dari seluruh dunia. Ini masih memiliki protokol karantina yang ketat untuk warga negara dan orang asing, membuat pariwisata terhenti.

Jepang bukan satu-satunya negara yang terkena dampak signifikan dari kurangnya wisatawan China. Destinasi populer bagi turis China, seperti Australia, Thailand, Singapura, dan Korea Selatan, semuanya kehilangan pendapatan.

Mungkin sebagian besar orang banyak yang menunggu momen Jepang membuka diri sepenuhnya. Frase 'traveling balas dendam' mungkin akan dialami Jepang setelah mereka memutuskan elonggarkan aturan.

Orang-orang yang ingin sekali datang ke Jepang akan menabung lebih lagi supaya mereka bisa puas-puas liburan di Jepang.




(sym/wsw)

Hide Ads