Kasus penipuan money changer Bali tak ubahnya bagai lagu lama kaset baru. Bukan cuma turis, wisatawan domestik juga jadi incaran.
Untuk memastikan hal tersebut, detikTravel mencoba mendatangi dua money changer di Bali yang lokasinya di tepi jalan dan berada di kawasan turis. Yang membuat menarik, tentu saja rate penukarannya sangat tinggi.
Dari luar papan penukaran uang tersebut menyebutkan bahwa 1 Euro akan dihargai dengan Rp 14.630. Padahal, money changer di sebelahnya hanya mematok harga tukar Rp 14.375 pada Rabu (17/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim pun mencoba untuk menukarkan Rp 100 Euro ke money changer dengan rate tinggi. Kiosnya terbuat dari bangunan kayu bongkar pasang. Di depannya, sekomplotan orang sudah menjaga.
"Mau tukar uang?" tanyanya pada tim.
"Iya, bli," ujar detikTravel.
![]() |
Setelah tanya-tanya dan berhitung, uang yang saya tukarkan senilai dengan Rp 1.463.000. Ini tentu harga yang sangat bagus.
Tapi jangan senang dulu. Karena money changer ini bukan badan amal. Mereka akan mengeluarkan uang lembaran Rp 50 ribu dengan ditumpuk 3 atau 4, tergantung dari banyaknya uang.
Kalau hanya sejutaan, uang akan dihitung per Rp 500 ribu. Setelah dihitung di depan mata, pemilik money changer meminta saya untuk menghitung kembali uangnya.
Uang tersebut tidak boleh langsung saya masukkan ke dalam tas. Uangnya harus sekali lagi dihitung oleh mereka.
Penghitungan terakhir menjadi aksi kejahatan oknum penipu. Uang yang dihitung kemudian diletakkan di atas meja, ditumpuk menjadi satu tapi tidak diambil dengan diangkat. Melainkan, diseret hingga ke depan mereka.
Saat itulah, beberapa uang akan jatuh. Bisa dibilang ini adu kecepatan tangan. Karena saat hendak menjatuhkan uang, komplotan yang sudah berada di sekeliling saya akan mulai mengajak ngobrol.
Pertanyaannya ringan-ringan saja. Tinggal di mana saat di Bali, berapa lama di sana sampai dengan liburan dengan siapa. Melihat ini, saya mencoba mengikuti permainan mereka.
Benar saja, begitu saya keluar dari sana dan menghitung kembali uang yang diberikan, jumlahnya berkurang.
Saya kembali ke sana dibantu oleh warga lokal, Wayan. Penuh amarah, Wayan meminta pertanggungjawaban dari oknum money changer. Karena sudah ketahuan, yang bisa mereka lakukan hanyalah minta maaf. Uang Euro saya pun dikembalikan.
"Mereka sendiri tidak tahu berapa jumlah uang yang mereka ambil. Sehingga, solusi paling mudah adalah mengembalikan uang kita," kata Wayan.
Kalau cuma 1 kali bisa jadi itu hanya kebetulan saja. Saya kembali memberanikan diri menukar uang senilai 250 Euro ke money changer lain. Kali ini, rate yang diberikan adalah Rp 14.680 per 1 Euro.
![]() |
Mencoba untuk lebih rileks, saya menukarkan uang sambil bertelepon. Makin terlihat tidak fokus, saya berpura-pura untuk turut hanyut dalam permainan mereka.
Setelah hitung-hitung uang Euro saya akan diganti dengan rupiah senilai Rp 3.670.000. Mata saya berbinar dengan jumlah yang ditawarkan. Tapi sekali lagi, saya harus waspada.
Uang ditumpuk menjadi lima bagian, yaitu kelompok Rp 1 juta, Rp 600 ribu dan Rp 70.000. Nilainya masih sesuai setelah saya hitung.
Masih menggunakan metode yang sama dengan money changer pertama, oknum kedua ini juga menjatuhkan uang saat uang yang ada di meja ditarik ke arahnya. Agar tidak curiga, uang dari tangannya langsung saya masukkan tanpa dihitung kembali.
Begitu sampai di tempat yang agak jauh, saya menghitungnya. Benar saja, uang di tangan saya memiliki selisih Rp 1 juta! Oknum ini benar-benar lihai dan tak kenal ampun. Bukan cuma turis, wisatawan domestik juga kena santap.
"Bli ini kok kurang," tanya saya marah pada mereka ditemani oleh Wayan.
Sementara, Wayan sudah emosi sampai ubun-ubun. Oknum yang tadi menipu disemprot habis-habisan oleh Wayan.
Lucunya, saya malah diminta untuk tenang. Sambil marah dengan bahasa Bali, mereka mengaku datang dari Karangasem dan menjalankan bisnis ini sejak lama.
Begitu ditanya apakah mereka tahu jumlah yang diambil. Oknum ini mengaku bahwa jumlahnya Rp 1 juta. Rupanya setelah saya pergi, dia kembali ke bilik penukaran dan menghitung hasil penipuannya.
Lagi-lagi, para penipu ini hanya meminta maaf saja. Mereka mengembalikan uang Euro saya dan meminta uang yang tadi ditukarkan.
"Haduh, mbak.. Ini sudah sering terjadi. Tega mereka tuh melakukan itu," kata Wayan pada saya.
Kalau dipikir-pikir, ini bukan lagi penipuan kelas teri. Bayangkan, kalau satu orang saja bisa ditipu sampai Rp 1 juta. Bagaimana kalau sudah 10 orang?
"Semakin banyak yang ditukarkan, yang dijatuhkan (diambil) akan makin banyak juga dan sulit terdeteksi karena uangnya ditumpuk sebelum dicuri," kata Wayan.
Selesai meminta pertanggungjawaban dari oknum money changer yang menipu, ada seorang pecalang yang menghampiri. "Ini pak, dia nipu saya. Saya korban," kata Wayan membantu saya.
Namun respons dari pecalang ternyata cukup mengejutkan. "Kalau sudah tahu rate tinggi itu nipu, kenapa tukar di sini?" ujar pecalang itu.
Dengan wajah yang sudah memerah, Wayan kembali menjawab dengan nada tinggi.
"Pak, saya korban. Saya enggak tau soal harga," Wayan membalas dengan ketus.
Kemudian, pecalang lain datang dan langsung mengangkat papan money changer tersebut dan menutup booth money changer. Sementara, para warga di sekitar situ mulai menonton dan menunjuk-nunjuk lokasi money changer.
"Ah, paling sebentar doang. Nanti juga dia (oknum) buka toko lagi enggak jauh dari tempat itu. Sudah biasa," Kata Wayan kesal sembari keluar dari tempat tersebut.
Saksikan Juga Video Viral: Pianis Cilik Bak Maestro
(ysn/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum