Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Rabu, 31 Agu 2022 16:11 WIB

TRAVEL NEWS

Tradisi Kawin Incest Suku Polahi Sulit Diteliti, Ini Penyebabnya

Tim detikSulsel
detikTravel
Perempuan warga suku Polahi berada di gubuk tempat mengamati lahan perkebunan mereka di tengah perbukitan dan hutan di Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Foto: Pemukiman suku Polahi (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin)
Jakarta -

Tradisi kawin sedarah alias incest masih dilakukan oleh Suku Polahi yang hidup di pedalaman Gorontalo. Para antropolog mengaku sulit meneliti fenomena ini.

Penyebabnya adalah karena Suku Polahi sangat tertutup dari dunia luar, termasuk pendatang. Untuk mengunjungi masyarakat Suku Polahi harus menggunakan pemandu yang sudah diterima oleh mereka.

Suku Polahi merupakan suku terdalam asli dari Gorontalo yang tidak mengalami revolusi. Suku Polahi tinggal di tengah hutan gunung Boliyohuto sebagai masyarakat nomaden.

"Mereka (masyarakat Suku Polahi) tidak serta merta menerima orang asing. Karena bagi mereka orang asing itu adalah orang yang membahayakan. Jadi, kalau ingin menemui mereka kita harus menggunakan guide (pemandu) yang memang mereka kenal," ujar Yowan kepada detikSulsel, akhir pekan lalu.

Yowan mengatakan pengetahuan tentang kehidupan masyarakat Suku Polahi masih sangat terbatas. Masyarakat yang sangat tertutup membuat penelitian mendalam masih sangat sulit dilakukan.

Menurutnya, masih banyak misteri tentang suku Polahi termasuk tradisi perkawinan sedarah yang dilakukan mereka. Ia mengatakan tidak ada penelitian mendalam yang membuktikan semua tanda tanya tentang perkawinan sedarah tersebut.

"Ada sejumlah penelitian yang menyebutkan perkawinan incest (perkawinan sedarah), tetapi untuk detailnya itu belum ada," kata Yowan.

Penelitian Masih Terbatas di Lapisan Terluar

Yowan menjelaskan penelitian-penelitian tentang Suku Polahi hanya dilakukan pada masyarakat terluar di kaki pegunungan. Sehingga tidak ada penelitian rinci pada masyarakat primitif di kelompok terdalam tentang pernikahan sedarah ini.

Diketahui, Suku Polahi memiliki klaster masyarakat sesuai dengan wilayah tinggal. Semakin dalam wilayah mereka tinggal di hutan maka semakin sedikit kelompok masyarakatnya serta semakin ekstrem menolak orang luar.

"Penelitian kita itu jarang tembus ke klaster atas. Sebenarnya, saya juga mau meneliti itu (perkawinan sedarah) tapi memang aksesnya tuh susah," dia menjelaskan.

Yowan menjelaskan suku Polahi terluar yang berada di kaki gunung sudah beradaptasi dengan masyarakat sekitar. Salah satu tandanya, mereka sudah menggunakan pakaian yang layak dan memulai untuk berdagang.

"Jadi, ada nama-namanya. Itu klasternya ada yang disebut sebagai kelompok 9, kelompok 18, kelompok 21, dan kelompok 70. Jadi, kalau kelompok 9 itu mereka ada 9 orang di situ. Kelompok 18 mereka 18 keluarga. Kelompok 21 ada 21 keluarga. Jadi nama-nama kelompok gitu. Kalau itu yang diidentifikasi oleh Departemen Sosial Kabupaten Gorontalo ya," kata dia.

Yowan menjelaskan kelompok yang mendiami wilayah gunung tertinggi merupakan kelompok dengan keadaan paling primitif dan jumlah kelompok paling kecil, yakni klaster 9. Kelompok tersebut sangat sulit untuk ditemui, sebab mereka menganggap orang asing bagai sesuatu yang membahayakan atau penjajah.


----

Artikel ini telah naik di detikSulsel dan bisa dibaca selengkapnya di sini.



Simak Video "Anggota Staf Spripim Polda Gorontalo Ditemukan Tewas Tertembak di Mobil"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/fem)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA