Bacha Bazi, Prostitusi ABG Laki-laki Terselubung di Afghanistan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bacha Bazi, Prostitusi ABG Laki-laki Terselubung di Afghanistan

Femi Diah - detikTravel
Sabtu, 10 Sep 2022 06:11 WIB
Pria Afghanistan melakukan tarian Bazi kepada sekelompok polisi di Charchino di provinsi Uruzgan, Afghanistan, 27 Januari 2013. Tarian ini lumrah dilakukan di masa itu.
Foto: Fairfax Media via Getty Images/The Sydney Morning Herald
Jakarta -

Tradisi bacha bazi di Afghanistan berkaitan erat dengan menari hingga memuaskan nafsu seksual pria dewasa. Tidak diakui, tetapi nyata adanya.

Salah satu pelaku bacha bazi bernama Mustafa menceritakan kesehariannya sebagai seorang bacha pada tahun 2009. Kala itu, usianya masih 16 tahun.

Dia bilang sebagai seorang bacha, Mustafa memiliki pemilik. Pemiliknya itulah yang akan mendandaninya bak wanita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bacha bertugas untuk menari dalam pesta para pria. Pesta itu digelar setiap malam.

Buat kalangan miskin dengan ABG yang memiliki wajah rupawan tampaknya bukan sesuatu yang aman. Mustafa bilang telah mendapatkan peringatan sejak dini agar berhati-hati. Kakeknya bilang ketampanannya berpotensi menjadi petaka.

ADVERTISEMENT

Benar saja, setelah ABG, Mustafa langsung direkrut untuk menjadi penari saat berjalan-jalan di kota.

URUZGAN PROVINCE, AFGHANISTAN - JANUARY:   Afghan men perform the Bazi dance to a group of policemen in Charchino in Uruzgan province, Afghanistan, January 27, 2013. The performance is based upon the Bacha Boy dances that were common during the Taliban reign when Bacha Boys were prostituted to wealthy men and made to perform. (Photo by Kate Geraghty/The Sydney Morning Herald/Fairfax Media via Getty Images via Getty Images). Foto: Fairfax Media via Getty Images/The Sydney Morning Herald

Selain Mustafa, ada juga bacha lain bernama Habib. Ia memiliki penampilan yang lebih menarik dengan salwar kameez putih bersih dan dua cincin emas di jari-jari yang terawat.

Wajahnya pun didandani layaknya wanita. Wajahnya montok dengan kumis tipis yang ditata rapi. Bibirnya merah merona.

Berbeda dengan Mustafa yang terpaksa melakoni pekerjaan sebagai bacha, Habib mengaku melakukannya dengan sukarela.

"Saya menyukainya. Tidak ada yang memaksa saya untuk melakukannya," katanya.

Tradisi bacha bazi itu muncul karena para pria menyukai wanita dan dalam hukum negara itu menyebutkan bahwa wanita tidak boleh dipertontonkan di depan publik. Apalagi, menari-nari di tempat umum.

Sebagai bocah penari, bacha harus menari, mengedipkan mata, dan menggoda untuk menggairahkan mereka yang membayar atau memeliharanya. Awalnya, bacha bazi ada di gelaran acara orang berduit dan berkuasa, tetapi lama-lama meluas di semua kalangan. Meski diklaim sebagai tradisi penguasa, menurut Afghanistan Independent Human Rights Commission (AIHRC), 64% di antara pelaku bacha bazi diketahui merupakan warga biasa.

Faktanya, CD dan VCD bacha bazi diperjualbelikan secara luas di Kabul dan kota-kota Afghanistan lainnya. Bahkan di sejumlah kafe, terjadi budaya para pria yang minum-minum teh sambil menikmati tontonan video bocah yang menari-nari.

Sejak 2017, pemerintah Afghanistan berupaya menghapus bacha bazi. Namun laporan UNICEF menunjukkan upaya itu tidak membuahkan hasil. Selain sistem peradilan yang lemah, kemiskinan yang meluas, rupanya di saat bersamaan ribuan anak di jalanan berusaha mencari nafkah.




(fem/fem)

Hide Ads