Canggu yang tenang seakan tinggal kenangan. Warga Canggu kini tengah berjuang dengan 'kegilaan' turis yang party tiap malam.
Hal ini terlihat dari petisi yang muncul dalam situs change.org. Petisi yang berjudul 'Basmi Polusi Suara di Canggu' itu ditujukan pada Presiden Jokowi, Menaprekraf Sandiaga Uno, Gubernur Bali hingga para pemegang kepentingan dan tokoh adat Bali.
Di dalamnya, sang pembuat petisi P Dian menyorot kehidupan malam Canggu. Kebisingan pesta tanpa kenal waktu membuat warga sakit kepala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami bersama-sama mewakili penduduk Bali dan terutama kami yang bekerja dan tinggal di Canggu, yang merasa sangat menderita sebelum pandemi dan kini saat setelah pandemi.
Ketrenyuhan kami melihat Bali yang begitu terkenal karena kedamaian, keindahan, dan budayanya yang memenangkan pulau Bali sebagai pulau no 1 di dunia, kini dibiarkan dirusak habis-habisan, oleh bar-bar, beach club-beach club, night club-night club," tulisnya sebagai pembuka.
Tiada hari tanpa party, kira-kira begitulah Canggu hari-hari ini. 'Wisata malam' sudah bergeser hingga pagi.
"Supaya Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu ketahui, di area Canggu, hampir setiap malam dalam seminggu, setiap minggu, setiap bulan, sebelum maupun kini setelah pandemi, TIDAK DIMUNGKINKAN manusia beristirahat tidur di malam hari, di jam-jam normal seperti di atas jam 10. Suara menggelegar dari bar-bar terbuka baik di Batu Bolong maupun di Brawa, bersebelahan dengan pura-pura suci Bali, sebegitu kerasnya sehingga membuat kaca-kaca jendela dan pintu bergetar. Lebih parah daripada gempa bumi. Dan gangguan suara ini, berlangsung hampir setiap malam, hingga jam 1, jam 2, jam 3, bahkan kadang jam 4 pagi,"
Ini jadi salah satu krisis di Canggu. Karena menurut penduduk, Canggu yang begini membuat warga dan wisatawan lain kabur. Imej Bali yang tenang dan damai jadi rusak.
"Setelah 3 tahun mereka (wisatawan-red) tidak pergi berlibur, mereka menemukan pulau Bali yang dijanjikan sedamai dan seindah surga, ternyata adalah tempat yang sangat gaduh hiruk pikuk oleh suara menggelegar loud speaker bar-bar, sepeda motor dan wisatawan mabuk-mabukan," lanjut petisi tersebut.
Di dalam petisi, pemerintah ditagih soal target Bali untuk jadi destinasi yang tetap menjaga kesucian. Namun 'wisatawan murahan' merusakanya dengan hura-hura dan mabuk-mabukan.
"Pendapatan pemerintah dari wisata murahan ini sambil nama Bali dirusak habis-habisan di dunia internasional, tentunya tidak sebanding dengan hilangnya pendapatan dari villa-villa hotel-hotel setempat karena ribuan yang sudah angkat kaki tidak lagi mau tinggal di area Canggu dan bahkan tidak mau lagi datang ke Bali," tulisnya.
Memang, kelakuan turis nakal di Bali sudah sering terjadi. Sehingga pemerintah sempat mengganti kampanye wisata Pulau Dewata, dari kuantitas jadi kualitas.
Namun dilihat dari adanya petisi ini, Canggu sedang tidak baik-baik saja.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol