Ada dua sisi yang ditimbulkan sejak kemunculan petisi polusi suara di Canggu. Sisi satu bikin risih dan sisi lain bentuk inovasi dalam pengembangan wisata.
Sebuah petisi yang dibuat di Change.org mewakili keresahan warga Canggu yang sudah terganggu dengan pesta-pesta berisik dari para turis. Sumber suara berisik di itu berasal dari bar-bar dan beach club di Canggu.
Aktivitas hura-hura ini juga mengganggu kegiatan peribadatan di pura. Bahkan, para turis itu mengotori kesucian pura dengan mabuk-mabukan, seks, dan kencing di area pura. Hingga muncullah petisi dengan judul 'Basmi Polusi Suara di Canggu'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut pengamat sekaligus pelaku wisata Bali, I Wayan Puspa Negara, polusi suara itu merupakan salah satu imbas dari perkembangan wisata yang cepat. Canggu yang awalnya hanya tujuan akomodasi mengalami perkembangan pesawat.
"Canggu bertumbuh sedemikian rupa yang awalnya destinasi akomodasi, banyak berdiri vila dan juga penunjang vila, yang berubah menjadi kondominium hingga berkembang lagi menjadi town house. Jadi banyak perkembangan akomodasi yang ada di Canggu berkembang menyesuaikan kebutuhan masyarakat global," kata Puspa.
"Apalagi, sektor kuliner berkembang. Restoran juga tidak hanya cukup menyajikan makanan, namun juga minuman kelasnya pun juga berbeda. Nah sehingga dibutuhkanlah inovasi. Dan, inovasi inilah sebuah kultur perkembangan pariwisata yang masih berbenturan dengan kultur masyarakat secara tradisional," Puspa menjelaskan.
Sebagai pengamat dan pelaku, Puspa menyebut situasi itu butuh peran pemerintah.
"Kita berharap pada pemerintah selaku pemangku utama untuk menciptakan regulasi dan eksekutor dari regulasi harus mampu menegakkan aturan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Sekarang kan kita sudah ada aturan dan rancangan wilayahnya sudah jelas. Tinggal sekarang penegakannya," ujar Puspa.
Respons Dispar Bali
"Hal-hal begini harus cepat kami tanggapi, atensi, dan telusuri," kata Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun, ketika dihubungi detikBali, dikutip Sabtu (17/9/2022).
Tjok Pemayun tak memungkiri adanya restoran dan bar di kawasan pariwisata yang kerap menyetel musik dengan keras hingga larut malam. Dinas Pariwisata berharap para pengelola restoran hingga bar mengikuti regulasi.
Tjok Pemayun menjelaskan pada pagi hingga siang hari wisatawan di Bali biasanya melakukan olahraga wisata. Namun, malam hari, mereka suka berkumpul dengan teman-temannya.
"Tentu kumpul-kumpul ini pun tetap kami atur baik dari suara dan lainnya karena negara kita negara berdaulat yang memiliki regulasi," kata dia.
(sym/fem)
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit