Semeter I 2022 ini menjadi angin segar bagi PT Garuda Indonesia. Maskapai berplat merah ini meraup laba bersih USD 3,8 miliar atau Rp 57,28 triliun.
Di tahun lalu pada periode yang sama, PT Garuda Indonesia mencatat bahwa perseroan mendapat rugi bersih USD 898,65 juta.
"Garuda, selain kami positif dari segi operasional, tetapi juga mencatatkan laba bersih sebesar US$3,8 miliar di semester pertama 2022," ujar Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra dalam rapat dengar bersama Komisi XI DPR RI, Senin (26/9).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Irfan, laba tersebut diperoleh karena pendapatan restrukturisasi utang seiring dengan disetujuinya perjanjian perdamaian dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Proses tersebut, kata dia, membuat ekuitas Garuda membaik dari negatif US$5,3 miliar menjadi negatif US$1,5 miliar.
Selain itu, Irfan mengatakan nilai utang Garuda Indonesia juga turun dari US$10,1 miliar sebelum restrukturisasi, menjadi US$5,1 miliar setelah restrukturisasi.
"Jadi US$3,8 miliar ini mayoritas diperoleh dari situ ya, yaitu consolidation of debt, jadi utang yang turun dari US$10 miliar ke US$5 miliar menjadi salah satu penyebab utamanya, demikian juga dengan kinerja ekuitasnya," kata Irfan.
Irfan juga mengatakan Garuda Indonesia akan melakukan optimalisasi rute. Salah satunya dengan meningkatkan perjalanan w hingga 18 persen pada 2022. Target domestik meningkat dibandingkan tahun ini yang hanya 14 persen.
Menurut Irfan, pasar domestik dapat memberikan untung yang lebih besar dibandingkan pasar internasional.
"Kita mesti melakukan redefinisi terhadap definisi soal maskapai kebanggaan nasional. Maskapai kebanggaan nasional itu tidak perlu atau tidak boleh sebenarnya terbang ke mana-mana, punya pesawat segala macam jenis, dan memenangkan alat-alat macam-macam, tapi enggak untung. Menurut kami yang namanya maskapai kebanggaan nasional itu adalah maskapai yang untung," tandas Irfan.
(bnl/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum