Inggris Raya masih berduka atas meninggalnya Ratu Elizabeth II. Di sisi lain, mata uang Inggris turun dan bikin turis yang datang ke Inggris bahagia.
Musim gugur di London terasa makin kelabu. Di seluruh kota, distrik keuangan masih belum pulih dari pemotongan pajak menteri keuangan baru Kwasi Kwarteng, di mana pajak ini jadi yang terbesar sejak 1972. Resesi membayang di Inggris.
Baca juga: Tega! Pria Ini Bunuh Istri Saat Liburan |
"Saya pikir sudah jelas bahwa ada semacam resesi yang akan datang, sudah terlihat di sini," kata Jason Emery, manajer program di sebuah perusahaan IT di Kota London.
Nilai poundsterling pun jatuh pada nilai terendah pada Senin lalu. Bankir dibuat pusing, sementara daya beli mata uang dari turis terus melonjak.
Nilai tukar 1 pounds sempat menyentuh 1,03 dolar Amerika beberapa hari yang lalu, rekor terendah buat poundsterling. Pounds di akhir pekan ini tercatat menjadi 1,1234 dolar Amerika.
"Saya baru saja pergi ke Convent Garden dan berjalan di sepanjang toko. Mungkin saya akan kembali nanti," ucap Heather Davidson, seorang turis Amerika Serikat dikutip dari Reuters.
Tak cuma Davidson, David Appleby dari Sydney pun merasa hepi di London.
"Ini perbedaan besar, ketika Anda mendapatkan lebih banyak uang (karena poundsterling merosot) sehingga membuat orang ingin bepergian. Itulah masalahnya," ucapnya.
Beitu pula dengan Tony Cosford, seorang turis Australia yang sibuk bolak balik tukar mata uang. "Saya sudah empat minggu di sini. Perubahan nilai tukar sekitar 5% jadi saya akan mendapatkan 5% lebih. Ini memungkinkan saya untuk menukarnya lagi," ujarnya.
Simak Video "Video: Salah Dinobatkan Sebagai FWA Footballer of the Year Musim Ini"
(bnl/ddn)