Kenapa Rumah Adat Bali Punya Beberapa Bangunan Terpisah?

Putu Intan - detikTravel
Senin, 10 Okt 2022 20:41 WIB
Ilustrasi rumah adat Bali. Foto: dok. Dinas Kebudayaan Buleleng
Gianyar -

Bila traveler bertamu ke rumah di desa-desa Bali, mungkin kaget melihat betapa luas dan banyaknya bangunan di sana. Rumah itu memang punya ruangan yang saling terpisah.

Konsep rumah adat Bali terbilang unik dibandingkan rumah pada umumnya. Memasuki rumah Bali, traveler seperti masuk ke kompleks perumahan karena terdapat beberapa bangunan di dalamnya.

Tapi jangan salah, bangunan-bangunan itu memiliki fungsinya masing-masing. Secara umum, rumah adat Bali terdiri atas pura keluarga atau sanggah, bale manten, bale dauh, bale gede, bale delod, lumbung, pawaregen, dan angkul-angkul.

Pembangunan rumah adat Bali ini juga tidak sembarangan. Orang Bali menggunakan prinsip Tri Hita Karana yakni menjalin hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan alam, dan hubungan antar manusia.

Rumah di desa Bali. Foto: Putu Intan/detikcom

Peletakan ruangannya juga memperhatikan sudut dan arah mata angin. Seperti contohnya pura keluarga yang menghadap ke arah Gunung Agung yang dianggap suci. Sementara tempat membuang kotoran seperti toilet dan dapur akan menghadap ke laut.

Salah satu desa yang rumah penduduknya masih mengadopsi konsep ini adalah Desa Pesalakan dan Desa Cagan di Tampaksiring, Gianyar. detikTravel sempat berjalan-jalan ke desa tersebut ditemani pemandu dari Hoshinoya Bali, Kadek Budi.

Budi menjelaskan, ada alasan tersendiri mengapa orang Bali memutuskan untuk memisahkan ruangan-ruangan di rumah menjadi bangunan tersendiri. Ini dapat dikaitkan dengan keselamatan ketika terjadi bencana.

Rumah di desa Bali. Foto: Putu Intan/detikcom

"Keuntungan yang didapat dari bangunan seperti ini adalah ada space (ruang kosong) di tengah yang bisa kita manfaatkan saat ada upacara di rumah," katanya.

"Selain itu juga saat ada bencana alam, kita bisa pergi ke tempat yang kosong. Bangunan terpisah juga untuk antisipasi, ketika terjadi kebakaran tidak semua rumah terbakar," dia menambahkan.

Sayangnya, konsep rumah adat Bali ini semakin sulit dipertahankan. Apalagi di perkotaan yang lahannya semakin sempit dan mahal.

"Di kota yang sudah modern, harga tanah terlalu mahal. Ketersediaan lahan juga berkurang dan angka kelahirannya tinggi. Jadi alasan kenapa di kota sudah jarang ada rumah adat Bali lebih karena harga dan kepadatan penduduk," ujarnya.



Simak Video "Video: Acara HUT Bhayangkara di Bali, Kapolda Unjuk Gigi Kemampuan Kempo"

(pin/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork