TRAVEL NEWS
Tiket Kereta Api Eksekutif Mahal, tapi Gerbongnya Tak Sewangi Dulu Lagi...

Ingatan Wiwig, 32, berlari ke masa sebelum pandemi Covid-19 setiap kali naik kereta api kelas eksekutif. Ada yang hilang dari kemewahan gerbong yang dinaikinya kini, tidak wangi, kesan mewah juga hilang.
Wiwig, warga Banjarnegara, merupakan salah satu pelanggan kereta api. Dia kerap bertugas keluar kota. Selain itu, dia rutin naik kereta dengan rute Jakarta-Puwokerto pulang pergi (PP) saat pulang kampung. Setelah pandemi, frekuensinya naik kereta lebih terjadwal. Sebab, dia bisa kerja di mana saja, asalkan ngantor di Jakarta dua bulan sekali.
"Setelah pandemi, kantor menerapkan kebijakan baru, bisa WFH dengan ngantor sekali dalam dua bulan. Jadi, saya rutin naik kereta Jakarta-Purwokerto pp. Setelah pandemi harga kereta naik cukup signifikan," kata Wiwig dalam perbincangan dengan detikTravel.
"Tarif tiket kereta api terasa sekali. Sebelum pandemi, saya bisa mendapatkan tiket eksekutif Jakarta - Purwokerto sekali jalan itu Rp 220 ribu, tetapi sekarang Rp 290 ribu. Itu subclass paling murah dan boleh dibilang selalu kehabisan. Paling sering dapat tiket seharga Rp 320 ribu. Itu pun kereta api Purwojaya, bukan Argo Lawu atau Argo Dwipangga atau Taksaka, yang harga tiketnya bisa sampai Rp 400 ribu dan di atasnya. Itu bukan pilihan hehehe," kata Wiwig.
"Itu harga tiket saat periode normal. Jangan tanya harga tiket saat peak season seperti Natal dan tahun baru kemarin," dia menegaskan.
Kendati harga tiket kereta naik, Wiwig belum berminat membeli tiket kereta ekonomi. Sebab, dia membutuhkan kenyamanan dalam perjalanan. Kadang kala, dia harus bekerja di kereta api.
Sayangnya, kereta Purwojaya, kendati berlabel eksekutif, tidak menunjukkan kelasnya. Mulai dari cat gerbongnya yang terkesan tidak mahal hingga asesoris di dalam gerbong yang lusuh.
"KA Purwojaya ini eksekutif, tetapi, interior gerbong sekarang itu lawas, enggak tahu ya kereta eksekutif enggak kaya dulu. Joknya jelek banget, kursinya dilapisi kulit tapi buluk. Jadi, serasa naik bus, bukan naik kereta. Itu beda banget dengan jok kereta api eksekutif yang dulu, kursinya ada penutup dengan kain batik, bahkan kalau naik Taksaka atau Argo Lawu, Argo Dwipangga, Bima sampai sekitar tahun 2013-2014 joknya beludru," dia menambahkan.
Suasana di dalam gerbong kereta eksekutif itu dinilai berbanding terbalik dengan kereta bisnis dan ekonomi. Dia kelas yang disebutkan terakhir malah menjadi lebih sip.
Senada, penilaian serupa diberikan Ari Dwi Setyadi. Warga Bekasi itu juga memiliki mobilitas tinggi Jakarta-Solo, bahkan hingga ke Surabaya dan Banyuwangi.
Ari menilai interior gerbong eksekutif perlu diperbarui seiring kenaikan harga yang signifikan di kelas itu.
"Gerbong kereta eksekutif itu jadul banget. Dan, tiketnya akan terasa mahal kalau dibandingkan dengan fasilitasnya. Andai kita bepergian dengan bus dengan harga tiket Rp 400-500 ribu dari Jakarta ke Yogyakarta, kita sudah dapat bus 'sultan', sudah jok yang bisa direbahkan, ada fasilitas makan, dan bisa jadi durasi perjalanannya lebih pendek karena sudah ada tol sepanjang jalur," kata Ari.
Simak Video "Emak-emak Nekat Terobos Palang Rel, Jatuh Sesaat Sebelum Kereta Lewat"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)