Harapan Dino Medina Kaist dan Carolina Castro asal Melbourne untuk bersenang-senang di Bali buyar. Mereka nyaris celaka setelah kapal cepat yang ditumpangi tenggelam di perairan Sanur, Bali. Paspor juga hilang.
Peristiwa itu dialami Dino dan Carolina pada Selasa (3/1/2023) saat menumpang kapal cepat Kebo Iwa Express. Kapal itu tenggelam setelah 25 menit melewati gelombang laut dalam perjalanan dari Nusa Penida ke Sanur seperti yang dijelaskan Mauti Group Fast Boats yang mengoperasikan perahu tersebut.
Kepada ABC, Dino dan Carolina mengatakan sejak awal perjalanan, mereka menyadari perahu melaju terlalu cepat. Kemudian, mereka memakai jaket pelampung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, Dino mengatakan air mulai masuk ke dalam perahu.
"Masuk sedikit ... lalu semakin banyak," ujarnya.
Pasangan yang bertunangan pada malam tahun baru di Nusa Penida itu mengaku masih terguncang dan merasa berat untuk menceritakan apa yang mereka alami.
Saat kejadian, Dino bilang para penumpang diminta untuk tidak panik dan tidak perlu memakai jaket pelampung. Bahkan, setelah air mulai masuk ke perahu.
"Tapi, orang-orang kemudian menggunakan jaket pelampung," kata Dino.
Saat air mulai masuk ke perahu, Carolina mengaku ia mulai alami serangan kepanikan.
Pasangan ini kemudian naik ke bagian atas perahu, lalu diselamatkan oleh awak dari perahu terdekat.
Bantahan soal saran tak perlu pakai jaket pelampung
Kadek Ariana, manajer dari Maruti Group Fast Boats membantah dengan keras tuduhan dari pasangan tersebut, yang mengatakan jika ada saran bahwa jaket pelampung tidak terlalu perlu untuk dipakai.
Ariana mengatakan justru awak perahu yang meminta agar para penumpang memakai jaket pelampung.
"Masa dengan kondisi seperti itu kita tidak menyarankan mereka memakai life jacket? Justru semua memakai life jacket,karena kru kita yang meminta," ujar Ariana.
Ariana mengatakan insiden tenggelamnya perahu cepat disebabkan oleh ranting pohon atau benda lain yang hanyut ke laut akibat cuaca yang buruk sehari sebelumnya.
"Sehari sebelum kejadian kita tidak diizinkan melakukan perjalanan, kita menginap di Nusa Penida karena cuacanya buruk. Itu sudah prosedurnya," ujarnya.
"Kondisi ini berada di luar kendali kita. Jujur saja kita juga tidak ingin ada kejadian ini, karena Bali juga sedang pemulihan pariwisata," Ariana menambahkan.
"Kita sangat menyesalkan ini terjadi, ini benar-benar menjadi apesnya saya."
Ariana mengatakan perusahaannya sudah mengoperasikan perahu untuk turis selama hampir 11 tahun.
Di antara penumpang yang berada dalam perahu tersebut adalah turis dari Australia, Rusia, Ukraina, dan India. Dino dan Carolina, asal Argentina, sudah tinggal di Australia sejak 2018 sebagai mahasiswa.
Paspor Hilang
Mereka rencananya akan kembali ke Melbourne Jumat besok. Tapi keduanya tidak yakin bagaimana bisa kembali ke Australia tanpa barang-barang pribadi mereka, termasuk paspor Carolina, yang hilang di laut.
Rekaman yang beredar di media sosial tak lama setelah kejadian, menunjukkan orang-orang menggunakan jaket pelampung di tengah laut, sementara setengah dari perahu sudah berada di bawah air.
Kepala Basarnas Bali, Gede Darmada, mengatakan semua penumpang dan awak diselamatkan oleh empat kapal yang kebetulan berada di sekitar lokasi.
Selama penyelamatan penumpang dan awak, kondisi cuaca sedang"ekstrim" dengan angin kencang, seperti dikatakan Basarnas Bali.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol