Lagi Terbang, Seberapa Penting Ponsel dalam 'Mode Pesawat'?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Lagi Terbang, Seberapa Penting Ponsel dalam 'Mode Pesawat'?

Syanti Mustika - detikTravel
Selasa, 17 Jan 2023 10:19 WIB
Air Vehicle, Airplane, Commercial Airplane, Luggage, People
Foto: Getty Images/iStockphoto/Pollyana Ventura
Jakarta -

Ramai spekulasi netizen yang 'menyalahkan' jaringan internet dari ponsel yang membuat Yeti Airlines kecelakaan. Bermula dari tersebarnya video salah satu penumpang yang tengah Live Facebook di detik-detik pesawat akan mendarat.

Salah satu video penumpang Yeti Airlines viral di sosial media yang menayangkan detik-detik kecelakaan dari Yeti Airlines di Nepal pada hari Minggu (15/1) siang. Sebanyak 72 orang tewas dalam kecelakaan tersebut.

Banyak spekulasi netizen yang menyalahkan penumpang yang melakukan 'live' ini. Berarti ponselnya tidak dalam mode airplane, dimana di awal penerbangan selalu diingatkan oleh awak kapal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Timbullah pertanyaan, seberapa penting mematikan ponsel di pesawat? Dalam sebuah artikel di USA Today, yang tayang awal Desember lalu, Shawn Pruchnicki, seorang profesor di Pusat Studi Penerbangan di The Ohio State University, mengatakan sinyal dari pesawat berpotensi mengganggu sistem navigasi pesawat.

"Yang benar-benar diperhitungkan adalah saat mendarat, terutama saat kita melakukan pendaratan instrumen," katanya.

ADVERTISEMENT

"Sinyal itu sangat, sangat tepat, dan auto pilot yang menerbangkan sinyal itu juga sangat, sangat tepat. Ini bukan saatnya Anda menginginkan variabilitas sama sekali, terutama jika Anda memiliki pertimbangan medan," tambahnya.

Gelombang elektromagnetik yang aktif dapat mengganggu sistem kendali, komunikasi dan navigasi di kokpit. Namun belum ada pengujian yang ekstensif yang dilakukan pada semua jenis pesawat dengan digabung dengan banyak jenis ponsel.

Hal buruk yang bisa terjadi?

Secara teori, interferensi elektronik dapat menyebabkan kecelakaan pesawat, meskipun tidak ada bukti yang pernah terjadi.

"Dari sudut pandang investigasi kecelakaan, kami tidak memiliki bukti apa pun bahwa ini telah menyebabkan kecelakaan. Tetapi itu tidak berarti bahwa itu tidak dapat bertanggung jawab atas kecelakaan atau tidak dapat menyebabkan kecelakaan," kata Pruchnicki.

"Ini bahkan lebih tidak diketahui karena pesawat baru yang kami miliki bahkan lebih canggih dan lebih bergantung pada otomasi," tambahnya.

Pruchnicki menambahkan bahwa Komisi Komunikasi Federal telah menemukan bahwa ponsel yang tidak dalam mode terbang dapat membebani jaringan di darat, terutama saat lepas landas dan mendarat saat mencoba terhubung ke beberapa menara sekaligus.

Pramugari kenapa menyarankan mematikan ponsel?

Sebelumnya detikcom pernah menuliskan alasan pramugari meminta penumpang mematikan sinyal ponsel hingga mendarat.

"Perangkat ponsel mencari dan menghubungkan sinyal ke menara telepon saat penumpang berada di ketinggian 35.000 kaki. Saat pesawat berada di luar jangkauan menara ini, telepon akan mencari sinyal listrik intensif sebagai gantinya," seperti yang dikutip dari Star Daily.

Sinyal listrik ini berpotensi mengganggu peralatan navigasi pesawat dan sistem panduan pendaratan, serta peralatan kokpit. Semakin canggih, smartphone dapat mengakses 5G, makan semakin dapat mengganggu penerbangan dengan munculnya suara-suara di headphone pilot.

Setelah mengetahui ini, apakah traveler akan mematuhi saran pramugari atau bersikukuh menghidupkan ponsel sebelum pesawat mendarat?

[Gambas:Instagram]






(sym/ddn)

Hide Ads