Susah Bawa Cuan, Archipelago Enggan Garap Hotel di Rest Area

Akhir-akhir mulai ada tren pembangunan hotel di rest area. Sudah ada hotel di rest area Cikampek dan di tol Cipali juga segera dibangun.

Namun Archipelago International, grup manajemen hotel swasta terbesar di Asia Tenggara enggan membangun hotel di rest area, apa sebabnya?

Menurut Presiden dan CEO Archipelago International John Flood, saat ditanya detikcom soal tren baru dunia hotel ini, hotel di rest area susah bawa cuan karena jumlah kamar yang terbatas.

"Salah satu masalahnya, Anda tidak bisa membangun hotel seperti biasanya. Agar sebuah hotel sukses anda setidaknya butuh 100 kunci atau 100 kamar, itu berarti anda punya skala ekonomi dan cakupan yang bagus. Jika anda punya 1 orang front office untuk 60 kamar hotel itu sama saja dengan 100 kamar, jadi anda tak perlu punya banyak staff, masalahnya ada di situ anda tak bisa membangun hotel untuk 100 kamar, 30-50 kamar tidak terlalu menguntungkan dan di sisi lain orang tidak mau membayar mahal," ujarnya.

Sementara konektivitas di Indonesia perlahan mulai membaik seiring pembangunan infrastruktur.

Pembangunan jalan tol kini bisa memangkas jarak dua buah kota yang tadinya bisa 12 jam kini bisa setengahnya saja. Sehingga orang tak perlu menginap lagi di tengah perjalanan, mungkin hanya untuk beristirahat sejenak minum kopi.

"Konektivitas sudah cukup bagus, pembangunan infrastruktur oleh pemerintah di Pulau Jawa dan Jawa Timur, kami juga melihat ada pembangunan di Sumatra, Sulawesi. Anda bisa berkendara 5-6 jam tidak ada masalah, jalan sudah cukup bagus. Anda mungkin bisa berkendara 6 jam lalu berhenti untuk minum kopi. Tapi, berkendara 6 jam lalu menginap di rest area? Saya rasa beberapa orang mungkin melakukannya (menginap), tapi tidak terlalu banyak," ujarnya.

Jadi menurut dia, hotel di rest area meski jumlahnya mulai menjamur, bukan menjadi sumber pertumbuhan untuk Archipelago. "Kami tidak fokus pada hotel di rest area," ujarnya.