Reba merupakan perayaan ucapan syukur atas penyelenggaraan dewa menurut kepercayaan masyarakat Ngada, yakni Dewa Zeta Nitu Zale. Dewa Zeta merupakan kepercayaan terhadap wujud tertinggi oleh masyarakat Ngada yang sudah dilakukan sejak ribuan tahun silam.
Bagi masyarakat Ngada, perayaan ini menjadi momentum untuk mengenang dan menghormati para leluhur, sekaligus menjadi kesempatan perenungan nilai-nilai luhur yang diwariskan pendahulu kepada generasi mendatang.
Perayaan adat Reba ini sudah disahkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2017.
"Perayaan Reba sebenarnya merupakan perayaan simbolis dari rancang bangun religiusitas Orang Ngada, rancang bangun dari relasi manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungannya. Perayaan ini merupakan perayaan kehidupan Orang Ngada," ujar Romo Edu Dopo, perwakilan Komunitas Masyarakat Ngada di Jakarta, Sabtu (18/2/2023).
![]() |
Acara adat Reba Ngada juga memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Ngada, seperti yang disampaikan oleh Ketua Paguyuban Keluarga Besar Ngada Jakarta (PKBNJ) Damianus Bilo.
"Tradisi Reba Ngada itu menceritakan kehidupan orang Ngada mulai dari asal muasal orang Ngada sampai kepada apa yang seharusnya orang Ngada lakukan dalam hidup. Apa yang seharusnya orang Ngada hindari itu tidak dilakukan dalam hidup," ujar Damianus.
Yang menarik dari ritual adat Reba ini tak hanya mengangkat unsur kebudayaan saja, tetapi juga dipadukan dengan unsur agama dan kepercayaan masyarakat.
"Reba ini mempunyai nilai yang sangat tinggi, Reba adalah mewujudkan ekspektasi, imajinasi, nilai-nilai budaya, nilai budaya itu apa? ada empat menyembah ke Allah swt, kepada arwah, kepada alam, kepada adat," kata Wakil Gubernur NTT Josef Adreanus Nae Soi.
Pesta Reba biasanya dirayakan pada Januari-Februari, bertepatan dengan musim hujan dan angin. Tanggal pelaksanaan ritus Reba ditentukan berdasarkan kalender adat yang disebut paki sobhi (tahun sisir) atas petunjuk seorang Mori kepo vesu (pemegang adat istiadat) sebagai pihak yang berwenang.
Kegiatan ini umumnya memiliki tiga tahap utama, yakni Kobe Dheke, Kobe Dhai, dan Kobe Su'i. Masing-masing tahap ini memiliki tiga unsur yakni doa (kena ine ema), kurban (dhi fedhi nee puju pia), dan perjamuan (ka maki reba/toka wena ebu) atau acara makan bersama.
Sebelum upacara dihelat, sehari sebelum perayaan akan dilaksanakan upacara pembukaan Reba (su'i uwi). Malamnya, para warga akan melakukan acara makan dan minum bersama (ka maki Reba).
Sebelum upacara adat Reba, warga melakukan upacara "o uwi", yakni kegiatan kesenian berupa tarian dan nyanyian. Kemudian akan dilaksanakan misa inkulturasi yang berisikan doa-doa. Perayaan Reba juga dipenuhi dengan berbagai macam pata dela (petuah nan bijak Sang Leluhur) atau lese dhe peda pawe (penyampaian pesan kebijaksanaan hidup).
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan