Opini

Menurunkan Biaya ONH atau Menaikkan Turis Saudi

Romeyn Perdana Putra - detikTravel
Senin, 20 Feb 2023 16:19 WIB
Ilustrasi jamaah haji di Masjidil Haram (Foto: Getty Images/iStockphoto/Aviator70)
Jakarta -

Ibadah haji seyogyanya menganut keyakinan "naik haji bila mampu". Entah itu mampu secara finansial, fisik, mental dan spiritual.

Mari kita lihat Ongkos Naik Haji (ONH) tahun 2023 yang ditetapkan pemerintah pemerintah dan Komisi VIII DPR beberapa hari lalu.

Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 1444 H/2023 M dengan rata-rata Rp 90.050.637,26 per jamaah haji reguler. Angka ini terdiri atas dua komponen, yaitu Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) yang ditanggung jamaah dengan rata-rata Rp 49.812.700,26 (55,3%) dan sisanya penggunaan nilai manfaat per jamaah sebesar Rp 40.237.937 (44,7%).

Dengan skema ini, penggunaan dana nilai manfaat keuangan haji secara keseluruhan sebesar Rp 8.090.360.327.213,67. Walaupun ada Rp 8 triliunan yang digelontorkan dari hasil kelola investasi, diragukan kemampuan untuk berlanjut di tahun-tahun mendatang.

Dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia lebih baik dalam memberikan nilai manfaat. Melalui Lembaga Urusan Tabungan Haji (LUTH) menetapkan ONH per calon jamaah sekitar 28 ribu ringgit Malaysia (sekitar Rp 90 juta).

Setelah pencarum atau depositor menabung sedikitnya 10 tahun lebih mendapatkan dana nilai manfaat, Bipih sebesar RM. 12.000-an (41 jutaan rupiah dengan kurs 3.400 rupiah) untuk jamaah pertama kali naik haji.

Bagi calon jamaah keberangkatan kedua & ketiga tidak lagi menerima nilai manfaat. Hanya saja masih ada paket naik haji "ekonomis" senilai kisaran lima puluh ribuan Ringgit Malaysia.

Kemewahan Empty Run

Menurut laman medsos resmi BPKH komponen terbesar dari ONH adalah harga tiket PP pesawat. Karena adanya kebijakan setelah menurunkan penumpang di tanah suci, pesawat charteran itu kembali dalam kondisi kosong. Penyebab lain naiknya harga tiket pesawat memang harga avtur (Bahan Bakar Pesawat Terbang) melonjak naik.

Kuota haji reguler tahun 2023 mencapai 221 ribu jamaah. Perkiraan biaya tiket penerbangan per jamaah mencapai Rp 30 juta, 30% dari Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Kerajaan Saudi "hanya" memberikan kompensasi: menurunkan biaya masyair. Besarannya turun 30% dari awalnya Rp 5 juta menjadi Rp 4 jutaan. Tidak signifikan untuk menurunkan ONH 2023. Celah pengurangan Bipih menjadi kebijakan sulit diambil.

Terlepas dari semua itu, kebijakan empty run(pulang dalam kondisi kosong penumpang) memang sangat disayangkan.

Pemubaziran tempat duduk kosong di bisnis transportasi merupakan kemewahan komponen biaya perjalanan. Komponen empty run ini yang patut digugat kemewahannya.

Memanggil Wisman Asal Saudi

Indonesia memiliki jatah menerbangkan 100-200 ribuan jamah ke Tanah suci PP. Ditambah jutaan jamaah Umrah yang membanjiri Tanah Suci tiap tahun.

Hal ini jelas tidak sebanding dengan kunjungan balik wisatawan Saudi ke Indonesia. Andai saja wisman dari Kerajaan Saudi mengunjungi balik Indonesia dalam jumlah 100 ribu saja, dampaknya bisa menghasilkan devisa negara USD 216 juta.

Biaya perjalanan turis asing ke Indonesia per kunjungan rata-rata USD 2.165 per wisatawan asing (BPS, 2020).

Di dalamnya sudah termasuk tiket, akomodasi, makanan dan tranportasi lokal.

Sebelum Covid-19 pasca kedatangan Raja Salman dan Keluarga, Saudi menyumbang kisaran wisatawan Saudi ke Indonesia hanya berkisar 150 -190 ribu pertahun (BPS, 2023).

Dari sinilah kita menggiatkan kembali ide-ide dasar tentang wisata syariah. Kenapa keberhasilan Piala Dunia Qatar 2022 agar mengusung wisata halal dan syariah diadopsi untuk menyambut turis timur tengah?.

Stigma pariwisata tropis yang disukai pasar Eropa, Amerika dan Australia selalu direkatkan dalam 3S, Sun, Sand dan S....(silakan anda jawab sendiri) serta Smile, selalu dikedepankan keramahtamahan senyum bangsa kita yang dipromosikan.

Ada opsi S ke-4, Syariah, untuk menyeimbangkan pangsa pasar semua benua. Provinsi pengusung syariah dan halal dapat ikut menerima sisi manfaat dari keberagaman diversifikasi turistifikasi ini. Sumatra Barat, Aceh dan provinsi yang ingin mengusung wisata halal lainnya bisa mengambil ceruk pangsa pasar ini. Tidak melulu Eropa dan Amerika.

Konsep ini juga dapat menjadi realisasi "ultimate in diversity" kampanye 20 tahun lalu. Bahwa Indonesia-lah sebenar-benarnya Asia (Truly madly Asia). Karena disini lah keberagaman itu harmonis diaplikasikan.

Selanjutnya Definisi ulang Wisata Halal




(ddn/ddn)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork