Deretan proyek pembangunan di Arab Saudi terkesan terlalu ambisius, bahkan tidak masuk akal. Namun, pakar mengaku merasa tertantang mengerjakan mega proyek itu.
Dilansir dari Arab News, Kamis (23/2/2023) sejak dipimpin Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (Pangeran MBS), Arab Saudi memiliki sederet mega proyek dengan nilai fantastik. Tak hanya itu, rancangannya amat futuristik hingga menentang logika di zaman sekarang.
Terbaru adalah Murabba, pengembangan yang dilakukan untuk masa depan Riyadh. Salah satu bagian di dalamnya adalah the Mukaab, kubus raksasa dengan dengan panjang, lebar dan tinggi sama-sama 400 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana untuk 'kebangkitan Riyadh' tentu tak semudah membalik telapak tangan. Riyadh harus berhadapan dulu dengan perkembangan kota yang pesat.
Seperti yang dicatat oleh pakar arsitektur Saleh Al-Hathloul dalam jurnal Scientific Research, "Riyadh telah tumbuh dari kota berpenduduk kurang dari setengah juta jiwa menjadi kota metropolis besar berpenduduk 7 juta jiwa selama 50 tahun terakhir. Kecepatan dan skala transformasinya hanya memiliki sedikit persamaan,".
Arsitek di seluruh dunia, terutama yang sudah bekerja di Arab Saudi dan Timur Tengah, sering merenungkan skema pembangunan yang menentang 'gravitasi' Riyadh.
"Proyek-proyek Saudi generasi terbaru memiliki skala dan ambisi sedemikian rupa sehingga tampaknya menentang penilaian," kata Reinier de Graaf, mitra di OMA, studio arsitektur dan desain internasional terkemuka.
"Kebodohan atau pandangan jauh ke depan? Salah arah atau tepat sasaran? ... Apa pun itu, mustahil untuk diabaikan," dia menambahkan.
Faktanya, keraguan serupa telah juga terjadi ketika Dubai, kota yang berkilauan dan satu-satunya kota Arab yang menjadi tuan rumah World Expo sejauh ini, berada di tengah menggandakan populasinya dalam satu dekade, lebih dari sekali dalam sejarah 50 tahun UEA.
"Ekspansi perkotaan yang cepat seperti itu bukannya tidak masuk akal, tetapi Anda harus belajar dari pengalaman kota-kota dunia lainnya," kata Jeff Merritt, pakar kota pintar dan transformasi perkotaan yang berbasis di San Francisco untuk Forum Ekonomi Dunia, mengatakan kepada Arab News pada Februari 2021 .
Meskipun terobosan dan rencana pembangunan kota Riyadh memang menimbulkan tantangan, bukan karena populasinya yang membludak.
"Kekhawatiran saya berpusat pada dampak proyek semacam itu terhadap lanskap perkotaan Riyadh," kata Elsheshtawy.
Seperti yang ditentukan dalam rencana induk, The Mukaab adalah bagian dari pembangunan yang jauh lebih besar di distrik Murabba Baru, lingkungan perumahan dan komersial yang diuntungkan dari kedekatan ikon yang begitu besar," dia menambahkan.
"Perencana perlu memastikan bahwa ini tidak dianggap sebagai tempat orang kaya dan terintegrasi dengan kota pada umumnya. Koneksi perlu dibangun untuk memastikan bahwa distrik dan ikon tersebut dapat diakses oleh banyak orang. Dan bahwa ini bukan perusahaan yang murni komersial dan berorientasi laba," kata dia lagi.
Arsitek yakin The Mukaab akan menjadi ikon yang unik dan mudah dikenali seperti Menara Eiffel atau Gedung Opera Sydney.
"Dengan demikian, pembangunan harus mencakup perumahan yang terjangkau, dan The Mukaab harus terbuka dan dapat diakses oleh semua penduduk Riyadh," ujar dia.
Elsheshtawy percaya bahwa studi visual dan perseptual lebih lanjut diperlukan untuk mengurangi dampak The Mukaab mengingat skalanya.
"Ukurannya sangat besar, mungkin sebanding dengan Piramida," katanya. "Tapi itu terletak di pinggiran kota dan bukan di tengah pemukiman. Dengan demikian, The Mukaan perlu dimodifikasi dan dibuka lebih lanjut supaya tidak menjadi monolit yang membuat bingung, menindas dan luar biasa,"
Namun Elsheshtawy yakin proyek itu bisa menjadi landmark yang menentukan Arab Saudi.
"Keberanian proyek, mengingat skalanya yang sangat besar, akan memastikan bahwa akan ada aliran wisatawan yang stabil," katanya.
(sym/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan