Suku Anak Dalam Amat Menjunjung Perempuan, Warisan pun untuk Wanita

Suku Anak Dalam (SAD) dikenal sangat memuliakan perempuan. Bahkan untuk urusan rumah tangga, keputusan ada di tangan induk.

Berbeda dengan suku bangsa di Indonesia yang umumnya patriarki, SAD sering mendahulukan perempuan dalam segala urusan. Misalnya ketika laki-laki selesai berburu dan meramu, hasil tangkapannya akan diberikan untuk perempuan terlebih dahulu.

"Istilahnya dibogi yang artinya dibagi. Jadi mereka berburu, hasilnya harus diberi kepada saudara perempuan, termasuk orang tua," kata fasilitator lapangan Pundi Sumatra Yori Sandi.

Tak hanya hasil buruan, uang hasil penjualan barang buruan dan meramu yang dilakukan para lelaki juga harus diberikan kepada perempuan. Perempuan pun punya kuasa untuk mengatur keuangan keluarga.

"Perempuan mengatur semua dalam keluarga, termasuk keuangan. Jadi semua diberikan ke perempuan baru dibagi-bagi," ujarnya.

Selain itu, keuntungan lain yang dimiliki perempuan SAD adalah mendapatkan lebih banyak harta warisan. "Warisan banyak dapatnya ke perempuan. Laki-laki malah nggak terlalu banyak dapat harta warisan. Warisan misalnya kain atau perkakas rumah. Kalau sekarang ada kebun, tabungan, kendaraan, rumah itu diturunkan ke anak perempuan," ujar Yori.

Karena dianggap begitu berharga, SAD punya kebiasaan untuk tidak mengekspos kaum perempuan dalam kelompoknya. Hal ini terutama masih berlaku bagi SAD yang tinggal di hutan.

"Orang SAD menjunjung tinggi perempuan. Mereka takut mengekspos perempuan-perempuan mereka ke orang luar," kata dia.

Para perempuan SAD umumnya akan dipinang oleh laki-laki SAD juga. Namun di era moderen seperti sekarang, tak dipungkiri ada juga orang luar SAD yang tertarik menikahi perempuan SAD.

Hal tersebut diperbolehkan, asal sang pria ikut tinggal di kelompok SAD. Pasalnya, SAD menganut hukum di mana laki-laki harus mengikuti keluarga istri.