Traveler masih ingat Kampung Gajah? Destinasi populer di Bandung Barat itu kini terbengkalai. Patung ikonik pun sudah tak tampak lagi.
Kampung Gajah kini tinggal kenangan. Objek wisata itu limbung diterjang perkembangan zaman. Runtuh sepenuhnya tepat di bulai Mei tahun 2018, objek wisata itu mengakhiri kiprahnya usai dinyatakan pailit.
Kampung Gajah tepatnya ada di Jalan Sersan Bajuri, RT 03/07, Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Bandung Barat. Posisinya amat strategis, ada di tepi jalan raya yang menjadi rute alternatif menuju kawasan wisata Lembang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak cuma wahana yang pastinya memanjakan pengunjung saat itu, dari Kampung Gajah, ada monumen lain yang pastinya tak bakal terhapus dari ingatan begitu saja. Ya, patung-patung gajah yang berderet di sepanjang halaman depan objek wisata tersebut.
Gagahnya 'gajah penjaga' itu sirna. Patung-patungnya raib, berganti rimbun pepohonan dan tanaman berbagai jenis yang dijajakan warga setempat.
Salah satunya Joaw (41), mantan pegawai Kampung Gajah. Ia tahu betul pasang surut yang menerjang Kampung Gajah sampai tenggelam menjadi sejarah peradaban yang bisa diceritakan dari waktu ke waktu. Termasuk, soal nasib gajah-gajah penghias di depan objek wisata itu.
"Sekarang ya sudah nggak ada gajahnya. Rata-rata itu dibawa ke Lembang Park Zoo, di sana dipasang jadi hiasan juga," kata Joaw kepada detikJabar beberapa waktu lalu.
Kini hanya tersisa satu patung gajah berwarna abu-abu dengan ukuran cukup besar. Ukirannya cukup detail, tekstur kulit di badannya terlihat jelas. Telinga mekar, dengan gading panjang sebagai mekanisme pertahanan di alam liar.
Gajah tersisa itu masih berdiri gagah, posisinya selepas melewati gerbang masuk Kampung Gajah. Ada di tengah-tengah. Barang tentu, akan dipilih menjadi spot foto sebagai kenang-kenangan sebelum ikut hilang seperti gajah lainnya.
"Ya cuma sisa satu itu saja, harusnya diikat juga biar nggak kabur. Kalau yang lain kan sudah dibawa. Sebagian lagi kalau nggak salah ada yang dibawa ke Lembang. Perosotan yang di waterboom juga kan dibawa ke Lembang," kelakar Joaw.
Usai berpisah jalan karena keadaan, Joaw kini mengadu nasib berjualan tanaman hias di depan tempat yang dulu jadi sumber penghidupan.
"Ya sebetulnya nggak boleh sama kurator, soalnya kan mau dilelang. Cuma kalau dibiarkan juga malah jadi tempat buang sampah sembarangan," ucap Joaw.
Namun ia keukeuh, sebab sampai sekarang ia jadi salah satu mantan pegawai yang tak mendapatkan pesangon usai Kampung Gajah dinyatakan bangkrut beberapa tahun lalu.
"Cuma kan saya sebagai mantan pegawai yang belum dapat pesangon, keukeuh saja mengelola lahan Kampung Gajah ini. Ya akhirnya diizinkan," kata Joaw.
Artikel ini sudah tayang di detikJabar.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!