Abuya Muhamad Hasan Armin adalah kyai tersohor dari Pandeglang. Selama hidupnya, Ia dikenal sakti. Dia pernah mendorong mobil mogok Bung Karno cuma pakai lidi.
Cucu Abuya Muhamad Armin, H. Heri mengisahkan karomah yang dimiliki oleh kakeknya tersebut. Kakeknya diketahui mampu mendorong mobil Presiden Pertama Republik Indonesia Ir Soekarno ketika mogok.
Diceritakan Heri, pada malam hari mobil yang ditunggangi Soekarno mengalami mogok yang berjarak sekitar 4 kilometer dari Pondok Pesantren Abuya.
Beberapa orang coba membantu untuk mendorong mobil yang ditumpangi Bung Karno tersebut. Namun, mobil tersebut sama sekali tidak bergerak. Kemudian beberapa rombongan berjalan kaki untuk meminta bantuan kepada Abuya Muhamad Armin.
Abuya Armin kemudian mendatangi rombongan tersebut. Dikatakan Heri, dengan kesaktiannya, Abuya mampu mendorong mobil tersebut hanya dengan menggunakan satu lidi.
"Bade kadie mogok, pakai sapu lidi jalan, didorong mah teu jalan, ari make sapu lidi mah jalan," (Mau ke sini mogok, pakai sapu lidi jalan, didorong nggak jalan, kalau pakai lidi mah jalan)," kata dia.
Menurut cerita Heri, Abuya juga bisa menghidupkan mesin diesel pembangkit listrik dengan bahan bakar air. Di zaman itu, listrik termasuk barang 'langka' dan tidak semua orang bisa mengaksesnya.
Diceritakan Heri, pada sekitar tahun 30-an pondok pesantren yang didirikan oleh Abuya sudah memiliki pembangkit listrik sendiri. Alat tersebut digunakan untuk menerangi seluruh komplek pondok pesantren. Beberapa santri ditugaskan untuk menjadi mekanik mesin tersebut.
Heri mengisahkan pada suatu malam, saat banyak tamu dan para santri sedang belajar agama, tiba-tiba lampu padam. Padamnya lampu tersebut karena mesin kehabisan bahan bakar.
Stok bahan bakar pada saat itu kebetulan sedang habis, para santri ditugaskan untuk mencari bahan bakar sampai ke luar kampung. Para santri yang sudah berupaya mencari, namun tidak membuahkan hasil. Mereka pulang dengan tidak membawa bahan bakar.
![]() |
Tidak ingin santri dan para tamu terganggu, kemudian Abuya Armin memanggil para santri untuk membawakan satu ember air. Heri mengatakan Kemudian Abuya mencelupkan telunjuk tangan ke air tersebut. Setelah dicelupkan, kemudian Abuya memerintahkan para santri untuk memasukkan air tersebut ke mesin diesel.
Mendapatkan perintah tersebut, dikatakan Heri para santri merasa kebingungan. Tak pikir panjang santri tersebut menuruti apa yang diperintahkan oleh Abuya. Tak lama berselang, tiba-tiba mesin tersebut hidup dan lampu di pondok pesantren kembali menyala.
"Mana kadie cai sa ember diasupken jari ke air, masukin ke mesin, nyala sampai isuk, (Mana sini air satu ember, dimasukkan jari telunjuk ke air, masukin ke mesin, nyala sampai pagi), kata Heri saat berbincang dengan detikcom di Cibuntu-Pandeglang, belum lama ini.
"Kelebihanna didinya, bahan bakar tina cai," (Kelebihannya di situ, bahan bakar dari air)," imbuhnya.
Semasa hidupnya, Abuya Armin malang melintang menimba ilmu selama 17 tahun di tanah Arab seperti, Mesir, Palestina, Siria, Libanon, Yordania, Turki, Qatar, Bahrain dan Irak.
Setelah melakukan perjalanan panjang berguru agama ke beberapa negara tersebut, kemudian Abuya Armin pulang kembali ke Cibuntu, Desa Sekong, Kecamatan Cimanuk-Pandeglang. Di Cibuntu, kemudian ia mendirikan pondok pesantren.
Ratusan santri belajar padanya. Proses belajar yang diberikan oleh Abuya Armin juga bisa dinikmati oleh masyarakat. Bahkan banyak jamaah dari luar daerah yang mengikuti pembelajaran agama di pondok pesantren tersebut. Abuya mengajarkan Tafsir Al Qur'an hingga Tarekat Naqsyabandiyah kepada mereka.
"Ratusan santri belajar kitab, tafsir Al-Quran. Tarekat Naqsyabandiyah tiap malam Jum'at. Ka tampi sadanyana anu bade ngiring bae, (Diterima semuanya yang mau ikut)," ujar Heri.
Pada 30 November 1988 Abuya menghembuskan napas terakhirnya di usia ke 108 tahun. Berkat jasanya dalam memberikan ajaran agama Islam ke seluruh masyarakat di Pandeglang, sampai saat ini makamnya selalu ramai dihadiri oleh para peziarah.
"Masih seer anu ziarah, malam Jum'at rame nu ziarah (Masih banyak yang ziarah, malam Jum'at ramai yang ziarah)," katanya.
Baca juga: Jalan Menuju Rumah 'Surga' yang Bak 'Neraka' |
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Foto: Aksi Wulan Guritno Main Jetski di Danau Toba