Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-42 akan diselenggarakan di Labuan Bajo pada 10-11 Mei 2023. Dikabarkan rombongan Brunei Darussalam yang dipimpin Sultan Hassanal Bolkiah, tidak menginap di Labuan Bajo, melainkan di Bali.
Dilaksanakan di Labuan Bajo, tapi rombongan Brunei memutuskan untuk memilih Bali menjadi tempat inap mereka saat KTT ASEAN ke-42. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan, apakah hal ini karena kondisi akomodasi yang tidak tercukupi di Labuan Bajo?
Kabar tersebut ditepis langsung oleh Sekretaris BPD PHRI Provinsi NTT, RM Tri Arachis H. Dia menyatakan, pemilihan Bali alih-alih Labuan Bajo, bukan karena kurangnya akomodasi. Labuan Bajo sendiri memiliki akomodasi penginapan yang dirasa cukup memadai untuk menampung perkiraan jumlah tamu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Data yang kami punya ada 117 hotel dan homestay di Labuan Bajo dan ada sekitar 3 ribu kamar yang tersedia. Harusnya cukup ya karena tamu yang datang diperkirakan sekitar 1.600 orang," ujarnya ketika dihubungi detikTravel, Selasa (9/5/2023).
Dipilihnya Bali menurutnya, bisa jadi karena pertimbangan tersendiri dari pihak Brunei Darussalam, karena masing-masing negara memiliki standar tersendiri terkait kenyamanan dan keamanan.
"Brunei di Bali tidak ada info yang jelas yang PHRI dapat terkait kenapa alasan tersebut. Hal itu mungkin juga karena masing-masing negara memiliki penilaian dan prioritas tersendiri terkait keamanan dan kenyamanan yang mereka pilih," tuturnya.
Sehubungan dengan hal itu, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, seperti dikutip Selasa (9/5/2023), juga menjelaskan pemilihan Bali tersebut bukan karena terpaksa.
"Pertama, delegasi negara tersebut yang memang memilih menginapnya di Bali. Tentunya kita hormati. Jadi bukan karena terpaksa," katanya.
Bey justru merespons hal itu dengan positif. Ia menganggap hal ini justru menunjukkan Indonesia memiliki fasilitas dan akomodasi yang mumpuni untuk tamu mancanegara. Selain itu, ia juga berujar ini juga berkat konektivitas antardaerah yang Indonesia miliki.
"Ini menunjukkan bahwa kita memiliki fasilitas akomodasi yang siap untuk menerima tamu mancanegara dan juga tempat penyelenggaraan MICE (Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition) yang berkelas internasional ada di beberapa daerah," ujar Bey.
"Hal ini juga menunjukkan kita memiliki konektivitas yang baik, akses antardaerah, antarpulau yang baik, seperti landasan di bandara yang dapat digunakan oleh pesawat bermesin jet, sehingga meskipun menginap dan acara kegiatan di berbeda kota tidak akan menjadi masalah. Hal ini justru akan menghidupkan ekonomi lokal di kedua wilayah tersebut," Bey menambahkan.
(wkn/wsw)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan