Bukan Layang-layang Biasa, Modal Bikinnya Rp 25 Juta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bukan Layang-layang Biasa, Modal Bikinnya Rp 25 Juta

Aryo Mahendro - detikTravel
Senin, 17 Jul 2023 08:46 WIB
Peserta asal Jepang menerbangkan layang-layang saat Sanur International Kite Festival di Pantai Mertasari, Denpasar, Bali, Rabu (12/7/2023). Festival layang-layang yang digelar pada 12-13 Juli 2023 tersebut mengusung tema Melayangan Santai dengan diikuti peserta dalam negeri dan puluhan peserta dari luar negeri yakni Polandia, Swedia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang serta Australia. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nym.
Fetsival layang-layang di Bali (Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)
Jakarta -

Layang-layang yang beradu keindahan di Bali International Kite Festival (BIKF) bukan layang-layang biasa. Biaya pembuatannya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Fetsival layang-layang itu diramaikan 634 layang-layang tradisional khas Bali. Ajang itu dihelat di Pantai Padang Galak, Denpasar, Bali, 15-16 Juli 2023.

Ratusan layangan tradisional itu terdiri dari tiga jenis, yakni janggan, janggan buntut, dan bebean. Tiga jenis layangan yang diterbangkan itu berukuran jumbo dengan rerata lebar lima meter dan panjang hingga puluhan meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan ukuran dan kemewahannya, biaya pembuatan layang-layang berukuran jumbo itu mencapai puluhan juta rupiah.

ADVERTISEMENT

Gus Ade, pelayang dari Komunitas Pelayang Kubu Kaja, menuturkan perlu dana Rp 8 juta hingga Rp 9 juta untuk membuat satu layangan bebean berukuran sedang, yakni bentang sayap atau sirip 5 meter. Membuat satu layangan bebean berukuran besar, yakni 7 meter kali 12 meter lebih mahal lagi. Menurutnya, butuh dana sekitar Rp 25 jutaan.

"Mahal kainnya. (Butuh biaya) minimal Rp 25 juta. Karena kami belinya rol-rolan," kata Gus Ade kepada detikBali, Minggu (16/7/2023) sore.

Gus Ade menuturkan desain layangan bebean sejatinya tidak terlalu rumit. Namun, bahan baku yang dipakai tidak sembarangan. Ade menyebut rangka layangan butuh material yang tidak murah.

Selain kain, kualitas bambu yang digunakan sebagai rangkanya juga harus diperhatikan. Tujuannya, kata Gus Ade, agar rangka layang-layang kuat saat bermanuver di udara.

"Bebean memang simple (pembuatannya), tapi lumayan (menguras biaya). Karena, kadang-kadang kami bisa menghabiskan dua sampai tiga bambu. Kalau cuma satu bambu, kadang setengah (bambunya) saja nggak terpakai. Jadi, kami harus selektif pilihnya," ujar dia.

Gus Ade juga selektif dalam memilih bahan kain. Biasanya, layangan tradisional Bali yang berukuran besar menggunakan jenis kain TC yang merupakan kombinasi antara katun dan serat polyester.

Kain jenis itu dipilih karena pori-pori kain yang tidak serapat kain terpal atau parasut. Sehingga, embusan angin masih dapat menembus kain dan membantu menyeimbangkan layangan ketika bermanuver di udara.

Jimmy felix dari Komunitas Tukad Nyali Sanur setali tiga uang. Ia mengaku sudah menghabiskan Rp 25 juta untuk membeli material pembuatan layangan jenis janggan. Layangan menyerupai naga miliknya mempunyai bentang sayap 4,10 meter dan panjang tubuh enam meter. Itu belum termasuk bagian ekor layangan berbahan kain polyester sepanjang 80 meter.

Jimmy menuturkan biaya pembuatan sebagian besar habis untuk membuat bagian ekor. Selain itu, bagian kepala layang-layang yang menyerupai tapel atau topeng naga juga tak murah.

"(Menghabiskan biaya) paling Rp 25 jutaan. Buntutnya yang paling mahal. Belum lagi ongkos jarit, bisa jutaan rupiah. Karena kain (buntutnya) kan warna warni. Warna tridatu. Kalau badannya, paling Rp 3 juta. Bambunya doang. Belum tapel (hiasan kepala naga)," kata Jimmy.

Beberapa hasil kreasi jenis layangan yang merepresentasikan seekor naga itu bahkan punya panjang ekor hingga ratusan meter. Tak jarang, layangan janggan yang panjang ekornya ratusan meter bisa merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah.

Untuk diketahui, kontes BIKF yang digelar sejak Jumat (14/7/2023) diramaikan oleh layangan kreasi dari pelayang internasional asal tujuh negara dan 30 pelayang dari daerah luar Bali. Total sebanyak 975 layangan yang sudah menghiasi langit di Pantai Padang Galak.

***

Artikel ini sudah lebih dulu tayang di detikBali. Selengkapnya klik di sini.




(fem/fem)

Hide Ads