Seorang nelayan nelangsa betul setelah jalanya menjaring baling-baling pesawat, bukan ikan. Tetapi ternyata, baling-baling itu bukan baling-baling biasa. Itu bagian dari pesawat perang dunia II.
Serpihan bangkai pesawat itu ditemukan oleh nelayanGresik di PerairanUmbal Hijau,Gresik, Jawa Timur, Nafik. Mesin pesawat itu berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 1,5 meter dan panjang baling-baling yang terpasang juga kurang lebih mencapai 1,5 meter. Kondisinya sudah berkarat dan berkerak. Beberapa kulit kerang juga menempel di setiap baling-baling.
Gegara jalanya tersangkut benda asing itu, dia mengalami kerugian hingga Rp 7 juta. Sudah tidak mendapatkan ikan, jalanya juga rusak. Dia juga mengalami kerugian bahan bakar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati mengalami kerugian, Nasik membawa benda serupa baling-baling itu darat.
"Jaring yang saya gunakan rusak. Belum lagi solar yang digunakan untuk melaut, ya total kerugian Rp 7 juta," kata Nafik, yang juga ketua Rukun Nelayan Karang Tumpuk, Campurejo, Panceng Gresik itu.
Tetapi ternyata baling-baling yang ditemukannya cukup spesial. Mesin dan baling-baling pesawat itu diduga milik pesawat Dornier Do-24 milik Kerajaan Hindia Belanda yang jatuh di dekat Madura pada 1942.
Pegiat sejarah di Komunitas Roode Brug Soerabaia Ady Setiawan menelusuri keterangan yang ditemukan di bangkai mesin pesawat tersebut. Ady mendapati kemiripan bangkai pesawat di Gresik itu dengan Dornier Do-24.
Ady dkk bersama Roode Brug Surabaia mengecek langsung bangkai pesawat itu dan menemukan keterangan tertulis pada mesin.
Di mesin itu tertulis secara berurutan dari atas ke bawah Werk Nr: 13025, Motor Type: DO 24, Werkstoff: V 2 AF, Theodor Klatte, Bremen-Hutching.
Ady dan tim Roode Brug, melalui riset digital, menemukan catatan pesawat itu take off dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan menuju Surabaya, Jawa Timur pada 11 Februari 1942 malam sekitar pukul 23.30 WIB. Namun, sebelum sampai di Surabaya pesawat itu terjatuh di perairan dekat Pulau Madura.
"Berdasarkan name plate yang ditemukan, khususnya pada motor type tertulis 'Do-24'. Kemungkinan besar pesawat ini adalah Dornier Do 24 K-1 bernomor lambung X-29 yang jatuh di perairan utara Surabaya," ujar Ady kepada detikJatim dan dikutip Rabu (26/7).
Ady menerangkan bahwa pesawat Dornier Do-24 buatan Jerman itu bagian dari Angkatan Laut Kerajaan Belanda. Dornier adalah unit dari Aircraft Group 6 (GVT6) yang bertugas di Hindia Belanda.
Akhmad Zaki Yamani, pegiat sejarah dari Komunitas Begandring Soerabaia, juga melakukan langkah serupa. Sempat menduga bangkai pesawat itu satu rangkaian dengan bangkai pesawat pengebom Martin 166-WH 3 buatan Amerika yang ditemukan di Weru, Paciran, tetapi berdasarkan riset digital melalui situs web Aviation Savety Network, dia menyimpulkan mesin dan baling-baling itu bagian dari pesawat Dornier Do-24 yang jatuh di perairan dekat Madura.
"Dari informasi di situs itu diketahui bahwa kapal terbang Dornier 24 K ini dibangun di bawah spesifikasi Belanda pabrikan Jerman Dornier. Dia bagian dari GVT-6 yang tugas utamanya saat itu mengamati pergerakan dan posisi Jepang di sepanjang pantai barat Kalimantan," ujarnya.
Ditemukan Dekat Pangkalan Militer Sekutu dan Belanda
Kepala Desa Campurejo Amudi menduga bangkai mesin pesawat itu adalah peninggalan perang dunia 2. Sebab, kata dia, tak jauh dari lokasi penemuan mesin itu dahulu terdapat pangkalan militer sekutu dan Belanda.
"Di sekitar sini tepatnya di Weru, Paciran itu dulunya pangkalan Belanda. Dulu disebut tangsi, tapi itu cerita sesepuh. Katanya memang ada pangkalan militer gitu," kata Amudi, Selasa (25/7).
Dia menambahkan bahwa mesin itu satu rangkaian dengan bangkai pesawat yang ditemukan nelayan Weru, Paciran, Lamongan beberapa bulan lalu. Namun apa yang ditemukan Zaki menunjukkan bangkai di Gresik kemungkinan besar berbeda dengan yang ditemukan di Paciran, Lamongan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan