Sejarah di Balik Kenapa Tidak Ada Penjual Nasi di Desa Ini

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sejarah di Balik Kenapa Tidak Ada Penjual Nasi di Desa Ini

Suparno - detikTravel
Selasa, 29 Agu 2023 12:01 WIB
Desa Randegan, Tanggulangin, Sidoarjo yang tidak ada satupun penjual nasi.
Foto: Warga desa Randegan pantang menjual nasi (Suparno/detikJatim)
Sidoarjo -

Sebuah desa di Sidoarjo sama sekali tidak ada penjual nasi. Ternyata, ada sejarahnya mengapa warga desa itu pantang menjual nasi. Bagaimana kisahnya?

Tidak ada penjual nasi di Desa Randegan, Tanggulangin, Sidoarjo. Tidak ada satu pun warung yang menjual menu nasi seperti nasi rawon, nasi soto, nasi campur, hingga nasi goreng.

Ternyata, warga setempat memiliki pantangan yang dipercaya secara turun-temurun. Solkhan, warga RT 3, RW 1, Desa Randegan mengakui bahwa warga di Desa Randegan yang berdagang memang enggan menjual makanan olahan nasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada kepercayaan yang masih diyakini warga desa setempat secara turun-temurun. Jika ada yang nekat jualan nasi, maka niscaya hidupnya akan membawa sial.

"Memang benar bahwa warga Desa Randegan sampai saat tidak ada yang berjualan nasi, karena berjualan nasi (dipercaya) akan membawa sial kehidupan warga," kata Solkhan yang berjualan lontong tahu saat ditemui di warungnya, Senin (28/8/2023).

ADVERTISEMENT

Lantas kepercayaan seperti apa yang membuat warga setempat sama sekali tidak berani berdagang makanan yang melibatkan nasi?

Ternyata, kepercayaan warga itu berhulu pada cerita warga tentang tokoh pembabat alas desa setempat yang bernama Suryo Wiryo Diharjo, atau biasa dikenal sebagai Mbah Sosro.

Suyadhim, juru kunci makam Mbah Sosro menjelaskan bahwa berdasarkan cerita dari nenek moyang warga di Desa Randegan disebutkan bahwa almarhum Mbah Sosro ini orang yang pertama kali membabat alas di kampung Randegan.

"Dari cerita juru kunci sebelumnya, beliau almarhum ini tidak rela bila warga Desa Randegan bekerja sebagai penjual nasi," kata Suyadhim.

Suyadhim menambahkan, sejauh yang diyakini warga, menjadi penjual nasi pada saat itu sangat susah dan menyedihkan. Namun, cerita yang sebenarnya seperti, apa dirinya tidak mengetahuinya.

"Namun keyakinan dan kepercayaan itu masih melekat pada warga Desa Randegan. Hingga saat ini tidak ada warga desa itu berjualan nasi," imbuh Suyadhim.

Pantangan atau dalam istilah Jawa sirikan itu melekat pada semua warga yang berasal dari Desa Randegan. Bahkan, pantangan itu tetap dipegang meski warga itu sudah pindah ke desa yang lain.

"Meski sudah pindah warga tersebut tidak berani berjualan nasi, karena sudah ada bukti," tandas Syuadhim.

Sebelumnya, Tim detikJatim telah membuktikan sendiri di sepanjang jalan dari arah Tanggulangin hingga Tulangan di Desa Randegan memang ada sejumlah warung yang ditemukan tapi tidak satu pun yang menjual nasi. Ada warung lontong tahu, ada juga warung lontong mie, tapi tidak ada warung nasi.

Bagi orang yang sekadar lewat, mungkin tidak begitu menyadari keganjilan ini. Tetapi bagi warga pendatang yang tinggal di desa itu, tidak adanya warung atau pedagang yang menjual makanan olahan nasi pasti akan menjadi pertanyaan besar.

Warga yang Menjual Nasi Akan Sial

Warga Desa Randegan RT 1, RW 1 yang merupakan pemilik warung Lontong Lodeh Mbak Anik mengaku tahu cerita larangan menjual nasi di Desa Randegan itu dari neneknya. Tidak hanya itu, warga setempat juga dilarang menjual rujak ulek.

"Menurut ceritanya apabila ada yang berjualan nasi kehidupannya akan sial terus, bahkan rumah tangganya tidak harmonis," kata Anik.

Anik percaya pantangan itu tidak boleh dilanggar. Dia tetap patuh dengan kepercayaan itu agar mendapat rezeki yang barokah.

"Karena ada pantangan itu saya tidak berani melanggar. Kami berjualan ingin mendapatkan keselamatan dan rezeki yang barokah," tukasnya.

------

Artikel ini telah naik di detikJatim.




(wsw/wsw)

Hide Ads