Penjelasan Calon Presiden Indonesia Tidak Ziarahi Sunan Kudus

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Penjelasan Calon Presiden Indonesia Tidak Ziarahi Sunan Kudus

Tim detikcom - detikTravel
Rabu, 06 Sep 2023 09:05 WIB
Warga antre untuk mendapatkan nasi jangkrik saat puncak acara Buka Luwur Sunan Kudus di kawasan Masjid Menara Kudus, Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (28/7/2023). Tradisi peninggalan Sunan Kudus dengan membagikan sebanyak 35.532 bungkus kecil dan besar nasi jangkrik atau nasi berlauk daging kerbau dan kambing yang dibungkus daun jati kepada warga itu sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas berkah sandang dan pangan serta untuk menumbuhkan rasa saling berbagi kepada sesama. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/tom.
Sunan Kudus (Foto: ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO)
Jakarta -

Biasanya calon presiden akan berziarah ke makam-makam sunan. Namun, pengecualian berlaku untuk kunjungan ke Sunan Kudus.

Kisah ini sudah terpaut dari masa lalu. Dihimpun detikcom, Rabu (6/9/2023), calon presiden diyakini akan gagal dalam kontestasi itu bila berziarah ke Sunan Kudus. Apa alasannya?

Jadi, Sunan Kudus memasang Rajah Kalacakra di pintu masuk kompleks Masjid Menara Kudus. Selain untuk melerai pertikaian sengit para pewaris dinasti Kerajaan Demak, sunan juga ingin menghindarkan Panti Kudus, dari tarik-menarik pengaruh politik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Panti Kudus adalah sebutan untuk pesantren yang diasuh oleh Sunan Kudus saat itu. Selain mengelola pesantren sebagai seorang ulama, sang sunan juga ditetapkan sebagai pemimpin pasukan kerajaan di awal-awal berdirinya Kesultanan Demak di bawah kekuasaan Raden Patah.

Kesultanan Demak memang penuh dengan intrik dan pertikaian internal sepeninggal Pati Unus, raja kedua. Penerus tahta berikutnya yaitu Sultan Trenggono, tidak sepenuhnya didukung oleh kalangan internal sehingga terus terjadi gejolak. Bahkan terjadi beberapa kasus konspirasi untuk menghabisi sejumlah pangeran yang berhak terhadap tahta.

ADVERTISEMENT
Momen buka luwur makan Sunan Kudus, Rabu (26/7/2023).Makam Sunan Kudus (Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng)

Karena kedudukan dan posisinya yang sangat disegani itulah, akhirnya Sunan Kudus menjadi salah satu tempat berebut pengaruh dan dukungan bagi para bangsawan Demak yang ingin berkuasa.

Puncak perseteruan terjadi pada masa akhir Kesultanan Demak ketika Hadiwijaya, menantu Trenggono, menyatakan diri sebagai sultan dan memindahkan pusat pemerintahan ke daerah Pajang di Solo.

Perlawanan datang dari Haryo Penangsang, anak dari Raden Kikin Surowiyoto yang dibunuh oleh konspirasi Trenggono.

Surowiyoto seharusnya lebih berhak atas tahta, karenanya Penangsang sebagai anak laki-laki Surowiyoto merasa lebih merasa jauh lebih berhak menjadi sultan dibanding menantu Trenggono.

Pada situasi politik sangat panas itulah, kedua belah pihak datang ke Panti Kudus untuk meminta nasehat kepada sang sunan.

Sunan Kudus rupanya menghendaki semua dikembalikan dari nol jika ingin mencari solusi dari konflik. Semua harus menanggalkan posisi politik, jabatan ataupun kekuasaannya.

Karena itulah dia memasang Rajah Kalacakra untuk menihilkan semua kekuatan, kedigdayaan dan kekuasaan kedua pihak yang berseteru.

Kompleks Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus, Selasa (27/6/2023).Kompleks masjid, menara, dan makam Sunan Kudus (Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng)

Rajah itu dipasang di pintu masuk Panti Kudus sehingga siapapun yang masuk dan melewatinya akan terkena daya dari rajah yang dipasang oleh sang sunan yang terkenal kesaktiannya itu

"Saya tidak sepakat kalau cerita ini hanya disebut mitos. Karena ada datanya, peristiwanya, dan bukti (rajah)," kata Pengurus Komunitas Menara Kudus, Abdul Jalil, Jumat (6/10/2017).

"Sunan Kudus membuat Rajah Kalacakra diletakkan di gerbang masuk Menara Kudus. Siapapun yang melewati akan kehilangan kadigdayan. Diharapkan Hadiwijaya melewati rajah itu, ternyata dia lewat jalan lain. Justru Haryo Penangsang yang lalai, dan melewati gerbang tersebut. Celaka dia setelahnya," ujar Abdul Jalil.

Hingga saat ini, cerita itu masih terus berkembang, dilestarikan dan dikukuhkan. Banyak pejabat dan politisi yang kemudian yang tidak mau ambil risiko setelah datang ke Masjid Menara Kudus akan kehilangan pengaruh dan kekuasaannya.

Apalagi, mereka juga tidak tahu di pintu yang mana dulu Sunan Kudus memasang doa saktinya.

"Banyak yang datang ke sini, yang melewati gerbang itu, akan tumbang dari jabatannya. Kami punya datanya, karena tiap tamu ada daftarnya. Namun, kami tidak bisa menyebutkan," dosen Pasca Sarjana STAIN Kudus tersebut menambahkan.

***

Artikel asli telah tayang di detikNews dengan judul "Alasan Sunan Kudus Pasang Rajah Penumbang Pejabat di Pintu Masjid"




(msl/fem)

Hide Ads