Kultur

Warga Korsel Resah gegara Muncul Kotak Tip di Kafe dan Museum

Syanti Mustika - detikTravel
Sabtu, 16 Sep 2023 12:15 WIB
Ilustrasi tip (Getty Images/iStockphoto/Oleg Chumakov)
Jakarta - Mungkin di Indonesia melihat 'kotak tip' dekat meja kasir kafe atau restoran adalah hal biasa. Namun di Korea Selatan, hal ini ilegal dan bikin warga kesal.

Dirangkum detikcom, Sabtu (16/9/2023) London Bagel Museum, sebuah kafe populer di Seoul, yang meresahkan warga Korsel. Sebab, museum itu meletakkan toples tip di kasir mereka.

Pengunjung dan warganet pun beramai-ramai mengkritik kebijakan museum itu.

Kafe tersebut menanggapi reaksi tersebut dengan sebuah pernyataan di Instagram, yang mengatakan bahwa toples tip ditambahkan sebagai dekorasi ruangan. Beberapa hari kemudian, toples tersebut disingkirkan.

Ini bukanlah kasus pertama. Sejumlah kafe dan restoran mulai menempatkan kotak tip itu, bahkan platform pemesanan taksi juga meminta tip kepada pelanggan. Karena warga tidak mengenal ada tip, mereka pun menolak dengan kuat kemunculan hal baru itu.

Salah satu netizen mengatakan seorang karyawan di sebuah kedai kopi di Distrik Mapo, Seoul, memintanya untuk memberi tip. Pelayan menunjukkan sebuah tablet dengan pilihan pemberian tip hingga 10 persen bersama dengan tagihan.

Sementara itu, beberapa pengguna lainnya mengatakan mereka melihat beberapa restoran memasang tanda di meja yang meminta pelanggan untuk memberi tip.

Budaya memberi tip bahkan telah muncul tidak hanya di kafe dan restoran. Kakao T, yang menguasai lebih dari 90 persen pasar ojek online domestik, menguji coba adanya pemberian tip kepada sopir bulan lalu.

Kakao Mobility, operator platform dan anak perusahaan Kakao, menyebut penumpang diberikan pilihan untuk memberi tip kepada pengemudi hingga 2.000 won (sekitar Rp 23 ribu) setelah menyelesaikan perjalanan dan memberi tanda lima bintang. Perusahaan tidak mengambil komisi dari tip tersebut.

Warga Korsel menolak

"Saya tidak mengerti mengapa mereka meminta tip kepada kami padahal kami belum menerima layanan apa pun yang layak mendapatkan tip. Berbeda dengan di luar negeri, pelanggan membuat pesanan dan mengambil sendiri, lalu mengapa memberi tip kepada mereka, untuk apa?" kata seorang pria berusia 30 tahun bermarga Jung.

Pelanggan lain yang bermarga Kim berharap tak ada budaya tip di Korea.

"Saya benci budaya memberi tip di negara lain dengan pekerja di bidang jasa tidak dibayar dengan cukup dan pelanggan dibebani dengan dalih 'niat baik'. Saya berharap budaya ini tidak ada di Korea," dia menambahkan.

Dia juga ragu apakah uang dalam kotak tip akan diberikan kepada karyawan atau kepada pemilik bisnis.

Menurut survei terbaru yang dilakukan SK Communications terhadap 12.106 orang, lebih dari tujuh dari 10 warga Korea memandang pemberian tip sebagai hal yang 'tidak dapat diterima'. Hanya 19 persen responden yang mengatakan pemberian tip adalah pilihan pribadi, sementara 5 persen mendukungnya.

Berdasarkan Undang-Undang Sanitasi Makanan saat ini, bisnis jasa makanan harus mencantumkan harga akhir pada menu, termasuk pajak dan biaya layanan, dan pelanggan tidak boleh membayar lebih dari itu.

Kementerian Keamanan Pangan dan Obat-obatan mengonfirmasi kepada The Korea Times bahwa memaksa pelanggan membayar lebih dari biaya yang tercantum bertentangan dengan Undang-Undang Sanitasi Makanan dan tindakan peraturan pemerintah daerah.

Simak Video "Video Korsel Gelar Pilpres, Tempat Pemungutan Suara Diserbu Warga"


(sym/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork