APGI: Tidak Disarankan Bawa Balita Naik Gunung di Atas 2.000 Mdpl

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

APGI: Tidak Disarankan Bawa Balita Naik Gunung di Atas 2.000 Mdpl

Syanti Mustika - detikTravel
Selasa, 19 Sep 2023 06:37 WIB
Lautan awan dan danau segara anak menjadi pemandangan luar biasa tentu memanjakan mata para pendaki
Ilustrasi mendaki gunung (detik)
Jakarta - Beberapa waktu lalu viral video pendakian balita bersama orang tuanya hingga plawangan Gunung Kerinci. Sejumlah kelompok menyayangkan aksi itu, termasuk Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI).

Setiap gunung memiliki aturan yang harus dipatuhi para pendaki. Salah satunya batasan usia pendaki anak-anak.

Ketentuan itu dibuat utamanya dengan pertimbangan keselamatan pendaki.

"Untuk anak-anak ada batas usianya. Kalau untuk wisata gunung kan ada pengelola masing-masing, rata-rata aturannya pendaki minimal berumur 10 tahun," kata Ketua Umum APGI, Rahman Mukhlis, dalam konferensi pers di kantor Kemenpar, Senin (18/9/2023).

"Selain itu, sebenarnya kalau mau bawa anak-anak seperti yang dilakukan di Gunung Kerinci, kurang tepat. Sebab, anak itu usianya masih 2 tahun. Kemudian, juga dibawa ke Kerinci yang bisa dibilang ekstrem, tingginya gunung yaitu 3.800 mdpl. Sebaiknya tidak usah diikuti," dia menambahkan.

Rahman menyebut ada sejumlah parameter hingga dibuat batasan umur untuk pendaki anak. Dia menyarankan jika ingin mengajak balita, minimal usianya 3 tahun.

"Kenapa parameternya minimal 3 tahun? Karena di usia itu anak sudah bisa mengeluh, mengatakan sakit, merasakan lelah, lapar hingga sesak nafas. Itu pun hanya boleh sampai kawasan camping ground, batas maksimal usia 3 tahun dengan ketinggian 2.000 mdpl," dia menjelaskan.

Rahman juga menjabarkan langkah-langkah penting yang wajib disiapkan orang tua sebelum membawa anak mendaki gunung. Selain usia, perlu juga mempertimbangkan medan pendakian.

Kendati orang tua merupakan pendaki profesional, tetapi keselamatan anak tidak bisa diabaikan dan justru menjadi aspek utama. Orang tua dan anak sama-sama harus mampu menghadapi oksigen yang tipis, suhu ekstrem, makanan anak, dan hal lainnya. Satu poin yang tidak bisa diabaikan adalah tahu batas si anak.

"Jika ingin mengenalkan gunung kepada anak, bawalah yang dekat-dekat saja atau gunungnya masih rendah dan ramah. Misalnya, Gunung Papandayan yang tingginya sekitar 2.500 mdpl. Gunung itu memiliki fasliitas umum lengkap, jalurnya bisa dilewati ojek, juga banyak tempat makan. Sangat cocok untuk pengenalan," ujar dia.

Selain itu, Rahman mengingatkan langkah preventif dalam pendakian. Dia bilang orang tua harus mempertimbangkan jalur dan kemudahan evakuasi saat mengajak balita naik gunung.

"Bila terjadi apa-apa, kita juga mudah melakukan tindakan penyelamatan karena tak terlalu tinggi dan jalurnya mudah dilalui," dia menegaskan.

Salah satu bahaya yang mengancam anak saat berada di dataran tinggi adalah penyakit ketinggian. Penyakit itu rawan menyerang pendaki pada ketinggian 2.500 mdpl dan di atasnya. Adapun gejalanya mual, mual, muntah, susah makan, susah tidur dan itu bahaya. Juga ada sesak nafas, kedinginan, hipotermia dan macam bahaya yang bisa terjadi.

"Pokoknya ketinggiannya di bawah 2.000 mdpl, seperti Gunung Papandayan, Gunung Andong, dan Gunung Prau. Paling penting adalah kesiapan si anak, mulai dari fisik hingga perlengkapannya. Penting juga manajemen perjalanan untuk mendaki gunung," kata dia.

"Jika orang tuanya adalah pendaki profesional, mungkin mereka paham bagaimana manajemen pendakian. Tapi jika orang tuanya adalah pendaki pemula disarankan menggunakan jasa tur travel hingga guide demi keamanan pendakian dan anak," ujar Rahman.




(sym/fem)

Hide Ads