Ugamo Malim adalah kepercayaan asli suku Batak yang berada di Provinsi Sumatra Utara. Tempat ibadah mereka Bale Pasogit, terletak tak jauh dari Danau Toba.
Penganut kepercayaan Ugamo Malim disebut Parmalim dan tersebar di beberapa daerah, khususnya kawasan Sumatra Utara. Dikutip dari Jurnal Harmoni Kementerian Agama Vol. 12 No. 2 (2013), Parmalim terpecah menjadi beberapa aliran dan tersebar ke banyak daerah seperti di Tapanuli Utara, Simalungun, Dairi, Karo, Asahan, Medan, Samosir, bahkan Jakarta.
Sedangkan, tempat ibadah Parmalim yang bernama Bale Pasogit, atau balai asal-usul, lokasinya berada di tepi Danau terbesar di Indonesia, yakni Danau Toba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bale Pasogit terletak di Huta Tinggi, Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Bale Pasogit merupakan kompleks yang terdiri dari empat bangunan bernuansa arsitektur khas Batak (gorga). Empat bangunan tersebut terdiri dari Bale Partonggoan (balai doa), Bale Parpiataan (balai sakral), Bale Pangaminan (balai pertemuan), dan Bale Parhobasan (balai pekerjaan dapur).
Letaknya hanya sekitar 11 kilometer dari Pantai Lumban Bul-bul Balige dan sekitar 5 kilometer dari Pantai Barita Raja Pardinggi, yakni beberapa pantai yang cukup terkenal di tepian Danau Toba.
Sekilas tentang Parmalim
Ugamo Malim merupakan salah satu kepercayaan lokal yang ada di Indonesia. Parmalim menyembah Tuhan yang disebut Debata Mulajadi Nabolon. Debata Mulajadi Nabolon dianggap sebagai pencipta, pemilik dan penguasa segala isi alam semesta.
Setelah Raja Sisingamangaraja XII wafat, Parmalim pecah menjadi beberapa aliran, antara lain aliran Raja Ungkap Naipospos yang berpusat di Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Tapanuli Utara.
Penganut aliran ini adalah komunitas Batak di berbagai daerah, seperti Tapanuli Utara, Simalungun, Dairi, Karo, Asahan, Medan, bahkan Jakarta.
Selain itu, ada aliran Parmalim Baringin yang berpusat di Pangururan, Kabupaten Samosir. Ada juga aliran Raja Omat Manurung yang berpusat di Sigaol, Kecamatan Porsea, Tapanuli Utara.
Upacara Tradisi Parmalim
Setiap tahun, umat Parmalim memiliki dua ritual besar, yakni Sipaha Sada dan Sipaha Lima. Dalam setiap ritual, terdapat tarian tor-tor sebagai bentuk pemujaan. Tarian ini diiringi alat musik Batak, yaitu Gondang Sabangunan.
Dalam upacaranya, laki-laki yang telah menikah mengenakan sorban di kepala, sarung, serta selendang Batak atau ulos. Sementara perempuan mengenakan sarung dan mengonde rambut mereka.
Sipaha Sada atau Parningotan Hatutubu ni Tuhan dilangsungkan saat masuk tahun baru Batak, yaitu di awal Maret. Sedangkan Sipaha Lima atau Pameleon Bolon berlangsung pada bulan kelima kalender Batak, yaitu antara bulan Juni-Juli.
Upacara Sipaha Lima telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2016 yang silam.
Ini dilakukan untuk bersyukur atas panen yang mereka peroleh sekaligus menghimpun dana sosial untuk masyarakat yang membutuhkan.
(wkn/wkn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol