Walkot Bobby: Medan Kehilangan Rp 6 T karena Warga Milih ke Luar Negeri

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Walkot Bobby: Medan Kehilangan Rp 6 T karena Warga Milih ke Luar Negeri

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Selasa, 10 Okt 2023 07:39 WIB
Menparekraf Sandiaga Uno dan Walkot Medan Bobby Nasution
Menparekraf Sandiaga Uno dan Walkot Medan Bobby Nasution (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Jakarta -

Masih banyak traveler Indonesia yang tidak mau berobat di Tanah Air sendiri. Contoh, Kota Medan telah kehilangan potensi pemasukan hingga Rp 6 triliun dalam hitungan tertentu.

Keadaan itu diungkap oleh Walkot Medan Bobby Nasution dalam temu wartawan mingguan di Kemenparekraf, Senin (9/10/2023). Pertama, ia menyebut bahwa wilayahnya telah membuat fasilitas kelas yang baik namun belum mampu menarik minat semua warga lokal berobat ke sana.

"Medan Medical Tourism itu bergerak dari persoalan permasalahan lah kita bilang. Karena memang per hari ini mungkin Sumatera Utara itu peringkat kedua di Pulau Sumatera yang masyarakat yang banyak sekali pergi ke Malaysia dan Singapura," kata Bobby.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lebih dari 200.000 warga kita berobat check up ke sana. Memang yang pertama itu masih di Kepulauan Kepri, Provinsi Kepri angkanya 700 ribuan," dia menambahkan.

"Namun dari 200.000an ini kalau kita hitung-hitung secara nilai ekonomi kita pernah ngitung itu lebih dari Rp 6 triliun angka yang potensi lost yang ada di Kota Medan," dia menguraikan.

ADVERTISEMENT

Di Sumatera Utara, Medan tentunya memiliki rumah sakit yang lebih banyak jumlahnya dibandingkan kabupaten kota yang lain. Jadi Bobby menginginkan gerakan dari Medan Medical Tourism ini agar potensi Rp 6 triliun ini nggak hilang semuanya karena keahlian dokter bisa dibilang tidak kalah jauh.

Lalu apa masalahnya?

"Minimal bisa setengahnya atau lebih bisa masuk kembali ke Kota Medan. Caranya yang ingin kita sampaikan pertama sekali kalau untuk tenaga medis dokter dan segala macam kami rasa di Kota Medan dokternya ataupun Indonesia dengan nggak kalah," ujar dia.

"Tapi yang menjadi potensi kita kalah bersaing adalah tentang hospitality. Itu yang hari ini menjadi salah satu faktor utama kita sangat jauh dibandingkan dengan medis yang ada di luar negeri," kata Bobby.

Yang kedua, kaat Bobby, permasalahannya adalah Medan Medical Tourism itu kalah saing dari sisi promosi. Jadi, promosi rumah sakit ataupun pemerintah Malaysia dalam sebulan bisa dua kali di mal dan membawa promo-promo yang sangat luar biasa.

"Apalagi setelah covid Kemarin sedih sudah dibuka lagi Promonya sangat luar biasa. Mereka di mal-mal kita di waktu-waktu ramai kita di mall mereka bisa hadirkan membawa promo-promonya yang sangat luar biasa sekali membawa masyarakat kembali tertarik untuk mereka berobat di sana," dia menjelaskan.

Kata Bobby, itulah dua faktor utama yang berasal dari Medan Medical Tourism yang harus diselesaikan. Salah satunya harus dengan cara kolaborasi kami pemerintah Kota Medan dengan beberapa kabupaten kota yang ada di Sumatera Utara atau dengan kementerian lembaga atau kabupaten kota provinsi yang ada di Indonesia.

Menanggapi itu, Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan bahwa sudah ada nota kesepahaman di antara lembaga pemerintah. Pihaknya juga tak ingin potensi devisa itu keluar negeri semuanya.

"Kita Sudah menandatangani sebuah lintas kementerian dengan Kementerian Kesehatan saat itu di tengah-tengah pandemi. Karena kita mendapatkan data lebih dari 600.000 masyarakat Indonesia hampir mencapai 2 juta dengan total devisa yang dikeluarkan untuk belanja kesehatan pelayanan kesehatan di luar negeri itu mencapai 11 miliar USD mencapai hampir Rp 180 triliun," ujar Sandiaga.

"Nah kalau bicara Medan sendiri 200.000an dan total Rp 6 triliun dan kita mendapatinya itu 80% justru ke arah Malaysia dan beberapa negara yang memberikan perhatian khusus," kata dia.




(msl/fem)

Hide Ads